Blackberry pertama tampil dengan tombol keyboard fisik, membuat ukuran layar jauh lebih kecil dari smartphone modern.
Smartphone Android pertama juga berukuran kecil, walau tampilan layar lebih besar tapi terbatas hanya 3 inci.
Lihat smartphone saat ini. Produsen berlomba lomba membuat bezeless.
Bingkai smartphone di buat tipis dari 2-3 mm, sampai mendekati 1 mm. Sekarang di sisi layar sudah hilang alias bezelless.
Apa lagi yang akan dirubah oleh produsen, untuk menambah nilai jual produk mereka.
Xiaomi tombol fisik ke buttonless September 2024Xiaomi mengembangkan ponsel tanpa tombol fisik dengan proyek Zhuque.
Camera underdisplay, dipindah ke sisi bawah layar.
Tapi smartphone tanpa tombol bukan teknologi baru.
Bagian tombol power dan volume akan dihilangkan, mungkin mirip dengan desain ROG Phone 8 Pro.
Xiaomi dapat mengunakan sensor yang sensitif terhadap tekanan. Menambahkan motor getar ketika disentuh akan memberi efek.
Generasi smartphone tanpa tombol fisik ditempatkan untuk model high end.
Alasan yang baik, bila smartphone dapat menghilangkan tombol fisik, karena tombol fisik memiliiki kemungkinan rusak.
Di tahun 2022, Xiomi telah merancang prototipe Xiaomi Wangshu. Dengan layar LPTO 2K, baterai 4500mAh dan charger 200W, wireless charger 50W
September 2024, tampil smartphone dengan kode Zhuque. Terlihat dari seri Xiaomi Mix, menjadi ponsel pertama tanpa tombol.
Memiliki camera under display, pengisian cepat 200W. Model ini terlihat lebih dekat untuk dirilis
Memindahkan cameraRangka bagian bawah smartphone dimana ditempatkan tombol Home untuk OS Android. Dihilangkan dan dpindah ke bagian layar.
Bagian atas untuk camera selfie hanya bertahan beberapa tahun dibuat dengan bingkai tipis.
Layar atas smartphone semakin kecil dan ramping.
Ukuran bodi smartphone mengikuti gaya Cinema 16:9, jadi lebih memanjang ke atas
Camera
juga berpindah ke disain Notch. Atau camera berada di tengah layar
atas. Bagian bingkai smartphone bagian atas mulai mengecil, dan camera
underdisplay.
Smartphone kembali mengunakan ukuran camera besar.
Model baru menempatkan camera di bagian tengah atas. Karena tuntutan penguna yang ingin mengunakan kualitas foto dari camera utama.
Disini
dimulai kata Body Rasio, katanya sih dalam persentase 96%, 98% 90,5%.
Yang dimaksud lebar layar mencapai perbandingan lebih besar dari
bingkainya sendiri.
Satu
komponen jack audio mulai di pindah ke sana kemari. Dari atas pindah
kebawah, lalu menghilang, disatukan dengan jack USB. Mengapa, karena
ketebalan smartphone sudah dibawah 8mm.
Ruang di dalam smartphone harus efisien, dan kapasitas baterai besar menyita tempat untuk komponen.
Tahun
2019, untuk membuat smartphone tampak menarik. Camera depan juga di
gusur / hilang, Sidik jari di pindah ke bagian layar dan sisi samping
bodi.
Camera
depan tidak terlihat lagi. Digantikan dengan camera Pop, Flip, Rotari,
sampai in-Display, underdisplay berada di dalam layar.
Perlahan
bingkai smartphone sudah samar terlihat. Dengan cerita layar Curve
Display, Edge Display, Water Fall screen dan lainnya.
Layar lebih menonjol di bagian atas smartphone. Sedangkan bingkai ditutup kaca pelindung.
Sekilas layar smartphone akan memenuhi semua bingkai kiri dan kanan, tersisa bagian atas dan bawah yang juga dibuat tipis.
Teknologi terbaru, produksi lebih rumit, lalu siapa yang membayar. Tentu saja kita.
Pertanyaan, apakah tahan.Bila dahulu mengatakan smartphone jatuh, mungkin tidak se tragis smartphone model sekarang
Kadang jatuh berkali kali, layar tetap selamat alias masih utuh.
Sekarang memiliki smartphone jangan sampai jatuh.
Ibarat seseorang pernah jatuh dan patah kaki. Dokter akan mengatakan, lompat boleh tapi jangan jatuh.
Produsen kaca Gorilla Glass memiliki batas daya tahan, batas kekerasan kaca pelindung smartphone dihitung berapa kali jatuh.
Jatuh 1x mungkin tidak masalah, tapi 5x jatuh dengan posisi dan kekuatan yang sama. Tidak di jamin kaca tidak retak.
Bila
bingkai smartphone sudah tertutup layar, artinya layar sentuh berada di
seluruh bodi smartphone. Apakah mudah mengunakan smartphone yang tampak
depannya adalah layar. Bagaimana kita memengang smartphone ?
Ketebalan smartphoneMasalah lain dari disain smartphone, produsen membuat smartphone tipis dan semakin tipis.
Apa yang dikorbankan. Tentu saja unit baterai.
Smartphone high end rata rata hanya memiliki kapasitas baterai 3700-4000mAh.
Generasi smartphone baru mencapai 5000mAh
Untuk pengisian cepat, baterai sampai dipasang 2 agar pengisian menjadi lebih cepat.
Camera semakin kecil menurunkan kualitas foto, kembali ke sensor besar.Camera bagian depan seharusnya dapat mempertahankan kualitas foto.
Pada kenyataannya, camera ukuran kecil akan sulit mempertahankan detil gambar.
Memaksa
produsen merubah teknologi camera ke fitur software camera. Dari AI,
Dehaze, HDR dan white balance. Mungkin fitur seperti itu masuk seperti
AI Beauty.
Smartphone Android kembali mengunakan sensor besar sebagai sensor utama.
Karena lebih handal untuk menangkap detil setiap foto.
Dampak bagi konsumenni
semua cerita yang sama: Ketika perusahaan smartphone berusaha saling
berinovasi menciptakan desain yang terlihat cantik dan tampil beda.
Kita kehilangan fungsionalitas dan inovasi sepanjang jalan, belum lagi kurangnya kenyamanan dan rasa khawatir.
Siapa yang berani menempatkan smartphone seharga 10+ juta di saku celana.
Masalah lain apakah muat di kantung saku atas.
Jadi tidak heran bila melihat smartphone lebih sering memegang ponselnya sambil berjalan.
Smartphone
dengan layar besar akan membuat kita canggung untuk digunakan. Agak
lucu kalau wajah kita harus tertutup smartphone yang katanya high end
dengan layar 6,5 inci.
Bahkan
ketika smartphone dengan layar 6 inci sudah masuk kategore Phaplet alias
smartphone tablet. Sekarang tidak ada yang mengatakan model itu, ukuran
6 inci adalah wajar.
Karena
bezeless, membuat smartphone jauh lebih sulit untuk dipegang dengan
nyaman. Alih alih untuk nelpon malah mengclick aplikasi secara tidak
sengaja.
Xiaomi kembali ke smartphone dengan camera di bodi Oktober 2019 Xiaomi kabarnya telah mendaftar paten disain camera smartphone. Tidak lagi notches atau Bezelles.
Alasannya tidak murah memasukan camera ke dalam layar. Kalau dikembalikan ke bingkai maka harga smartphone lebih terjangkau.
Menarik,
tentu saja. Karena harga smartphone selalu membawa biaya produksi dan
konsumen menanggung semua harga komponen dari teknologi yang tidak
perlu.
Dibawah ini disain smartphone Xiaomi yang mungkin kembali ke layar di bingkai smartphone.