Memanfaatkan baterai bekas ponsel, tentu kondisi masih bagus.
Tidak banyak drop, khususnya baterai ponsel asli. Dimana ponsel sudah tidak dapat digunakan lagi, tapi baterai masih baik.

Beberapa baterai ponsel model lama, ukuran cukup kecil. Kapasitas memang tidak besar, sekitar 700mAh sampai 1200mAh.

Atau baterai ponsel generasi selanjutnya, rata rata memiliki kapasitas diatas 3000mAh.

Sayang bila baterai ponsel ukuran kecil akhirnya dibuang.

Mungkin ada yang suka hobi elektronik, dan tertarik membuat baterai ponsel bekas menjadi baterai perangkat lain.

Menganti baterai AAA dengan baterai lithium

Beberapa perangkat elektronik, seperti tensi meter atau alat mengukur tekanan darah.

Umum mengunakan baterai 3 unit AAA atau 4 unit AAA atau baterai AA ukuran kecil.
Bila kita hitung, voltase baterai 3 baterai x 1.5V adalah 4,5V, sedangkan unit 4 baterai x 1,5V memiliki tegangan 6V.

Menganti baterai AAA 4 baterai jadi satu baterai lithium

Baterai alkalin AAA satu unit 5000. Murah, tapi setelah habis dibuang.
Solusi lain mengunakan baterai isi ulang atau baterai rechargable, tapi kualitas yang bagus ngak murah juga. Seperti merek Eneloop sekitar 25 ribu. Belum termasuk charger
Baterai isi ulang hanya memberi voltase 1,2V jadi 3 baterai hanya 3,6v dan 4 baterai 4,8V.
Baterai ukuran AAA isi ulang memiliki kapasitas 950mAh, dan baterai AA 1800mAh

Tidak masalah, di beberapa perangkat tetap bekerja dengan baterai rechargeable.

Mengapa kita tidak memfaatkan baterai ponsel bekas.
Misal baterai Nokia bekas yang standarnya memiliki 700 - 1000mAh, ukurannya cukup imut.
Kita hitung susut baterai 60% setelah digunakan di ponsel lama. Siapa tahu baterai yang kita simpan masih kondisi baik, dan menampung power lumayan cukup.


Alasannya, pengisian baterai lithium relatif lebih cepat dibanding baterai Rechargable NiMH.
Kita dapat mengunakan adaptor step up untuk menaikan voltase baterai lithium 4.2V (Max), sekaligus unit charger di satu modul.

Seperti gambar dibawah ini.
Dari kiri baterai Nokia BL 5J, kapasitas aslinya 1320mAh, tapi sudah susut dan tersisa 600mAh (terakhir di tes).
Tengah modul HW-357, J5019 atau AC01, unit charger dan step up, atau 2 fungsi dalam satu board.
Modul ini dikenal sebagai board HW-357.
Terakhir untuk mengukur arus output dari modul / fan (sebagai test)



Rangkaian baterai 6V atau 9V lithium


Rangkaianya juga mudah, tinggal memberi tambahan switch tombol on off kecil.
Karena modul HW-357 akan mengambil power stand-by. Agar power baterai awet, dapat dipasang satu switch on/off.
Ketika digunakan, kita tinggal switch On, atau ketika di charge maka switch di on agar arus pengisian masuk ke baterai.

Cara membuat baterai AAA ke Lithium baterai 6V

Pengisian baterai HW-357 juga terlihat di lampu indikator.
Terhubung dengan USB power 5V, sistem board mengisi baterai lithium.
Merah ketika baterai di charger atau power terhubung ke USB DC baik modul terkoneksi baterai atau tidak.
Indikator hijau menunjukan pengisian baterai sudah penuh.

Charger dan Step Up voltase baterai

Mengapa mengunakan baterai ponsel bekas.
Karena sudah terintegrasi dengan BMS board, ditempatkan di bagian atas baterai.
Sistem proteksi baterai dari overvoltage atau undervoltage. Jadi baterai aman, selama ngak kita ketok.

Alat tersebut pengaman baterai, bila terjadi short maka board BMS kecil itu yang memutus arus.
Kalau sensor suhu baterai, tidak bisa mengunakan. Karena sensor thermostor diukur ke ponsel.

Mengunakan baterai lithium biasa untuk langsung terhubung ke modul HW-357. Ada resiko terjadi short bila kita salah pasang, karena baterai tidak ada pengaman walau rata rata kapasitasnya lebih besar.
Maka kita menyebut sistem baterai ponsel akan lebih aman untuk mengantikan baterai 6V atau 9V.

Baterai alat tensi meter 6V atau 4,5V

Apakah harus 4.5V 6V dan 9V.
Tidak juga, mengikuti desain modul board HW-357, outout dapat di set sendiri.

Output dapat diatur variabel, kita yang melakukan setting.
Bila kebutuhan 4,5V kita atur di potensio dengan 4,5V atau 6V di set di potensi juga.
Dibawah ini komponen yang dibeli hanya 1 modul HW-357, dan switch On/Off saja, sisanya seperti baterai dari kotak di lemari.



Rancangan dari video dengan case hanya desain saja. Untuk menjaga potensi tidak berubah.
Anda dapat merancang sendiri tanpa case, misal mengunakan epoxy untuk pengaman modul board terhubung ke baterai.

Membuat ukuran baterai lebih kecil dari rancangan kami.

Mengantikan baterai 9V, modul di set ke 9V mengunakan multitester
Khusus mereka yang mengunakan multi-tester untuk logger.
Bandingkan bila kita mengunakan baterai 9V NiMH, kapasitas rata rata 1000mAh.
Tapi di dalam baterai 9V NiMH berisi 7 baterai untuk mencapai tegangan 8,4V (bukan 9V) walau kita mengisi nanti sampai 9V.
Artinya 1000mAh di bagi 7 baterai sekitar 140mAh atau lebih kurang 150mAh total kapasitas di 9V.

Mengapa kita tidak menganti dengan baterai lithium, hasilnya relatif sama. Misal baterai lithium dengan tegangan 3.7V dengan sisa kapasitas 600mAh
Bila di step-up ke tegangan lebih tinggi menjadi 8,4V, kira kira power turun 50%, dikalikan efisiensi 80% maka baterai 600mAh masih mendapat kapasitas 240mAh.
Itu hitungan sederhananya. Baterai NiMH juga susut cukup besar seiring waktu, baterai lithium relatif lebih lambat (asal tidak di drain dari modul).

Membuat power 4,5V dari baterai ponsel bekas.
Angkanya lebih menarik, karena sangat dekat dengan voltase baterai lithum 3,7V.
Hitungannya tidak berbeda jauh, kapasitas baterai dapat dikalikan 0,7 (70%) dari konversi 3,7V ke 4,5V (sudah termasuk efisiensi rasio power DC to DC).
Misal kapasitas baterai lithium yang kita charger mendapat 600mAh, kira kira kapasitas baterai dapat dimanfaatkan sampai 400mAh.

Perangkat MCU untuk IoT, misal Arduino atau ESP32, ESP8266. Karena kebutuhan MCU board mengunakan power kecil.
Katanya, MCU ESP32 membutukan maksimum power 160-260mAh dalam kondisi WIFI aktif. Tapi kondisi WIFI stand-by, maksimum sekitar 120mAh.
Tinggal kita pertimbangkan berapa besar konsumsi power, dan rasio efisiensi baterai ke 5V. Rata rata MCU mengunakan power 5V.
Kita dapat menganti power bank yang besar, dengan modul seperti ini sebagai power DC

Mainan anak anak ada yang mengunakan power DC, tapi kebutuhan arus tidak terlalu besar.

Menurunkan arus charger selama pengisian baterai dari modul

modifikasi board Modul HW-357 dengan resitor arus pengisian

Resistor bagian ini dapat dirubah untuk menurunkan arus (ampere) pengisian baterai (gambar kiri atas).
Di modul terdapat 1 resistor tipe SMD tertulis 122 = 1.2K Ohm
Resistor tersebut mengatur pengisian baterai, 122 = 1A maksimum.

Dampak mengisi baterai lithum dengan pengisian arus lebih rendah, berdampak untuk mempertahankan degradasi baterai.
Bila diperlukan, resistor 122 diganti dengan ohm lebih besar. Agar pengisian arus ke baterai lebih rendah, efeknya usia baterai mungkin lebih panjang.

RPROG (k) - IBAT (mA)
10 Kohm 130 mAh
5 Kohm 250 mAh
4 Kohm 300 mAh
3 Kohm 400 mAh
2 Kohm 580 mAh
1.66 Kohm 690 mAh
1.5 Kohm 780 mAh
1.33 Kohm 900 mAh
1.2 Kohm 1000 mAh (Default)

Sebagai catatan. Pastikan mengatur voltase output sebelum terhubung ke perangkat. Bila kita salah set, dikhawatirkan perangkat kita rusak akibat menerima voltase terlalu tinggi. Periksa output voltase DC sebelum dihubungkan ke perangkat.

Karena setting voltase dari potensi. Karena potensi dapat diputar 360 derajat. Pada titik 0 atau putaran terakhir akan membalik voltase paling tinggi 27V atau paling rendah 4,3V. Jadi di set sebelum kita menghubungkan baterai rakitan sebelum dihubungkanke perangkat.

Ketika power tidak stabil, misal kita menghubungkan ke satu perangkat. Tapi voltase turun naik seperti Pulse, artinya beban arus terlalu besar untuk modul.

Artikel ini sebagai tambahan dari artikel sebelumnya yang lebih lengkap, untuk step-up dan step-down power DC to DC
Artikel ini hanya menambahkan fitur dengan baterai bekas menjadi power DC.