Generasi Gen Z dan Gen M Millenial ngak suka internet mobil belanja tunai kembali ke CD

   Shortstory | 17 June 2023


2024
CD adalah retro, karena sudah ditinggalkan. Sekarang era digital, smartphone, bluetooth speaker dan storage chip.
Tapi GenZ mulai mencari untuk mengenang artis favorit mereka yaitu CD.

CD kembali populer dengan penjualan yang meningkat.
GenZ mengatakan mereka membeli satu musisi Rap, untuk mendukung.
Yang lain membeli 1-2 disk CD.
Penyanyi Taylor Swift menawarkan versi deluxe untuk dibeli, dan para penggemar berbondong-bondong mendatangi merchandise di konsernya untuk mendapatkan salinan fisik yang dicari.

Penjualan CD tidak seperti dulu, pasar Amerika hanya mendapat pangsa 3% dari total penjualan musik.
Tetapi GenZ ingin bernostalgia, dengan memamerkan CD yang mereka dapat.

2023
Jajak pendapat Harris baru dilaporkan media Fast Company menemukan Generasi Milenial dan Gen X yang lebih tua adalah kelompok usia yang paling ingin kembali ke masa sebelum internet dan smartphone.


77% orang Amerika dengan rentang 35 - 54 tahun ingin kembali ke jaman Pra-internet
63% untuk usia 18 - 34 tahun.
60% dari usia 55 tahun keatas.

Berapapun usia warga Amerika yang ditanyakan, sebagian besar ingin kembali ke era sederhana lagi, dan tidak ingin terus terhubung selama 24 jam sehari.

Sepertinya teknologi lebih dulu berlari tapi tidak mempertimbangkan apakah kita harus melakukan.
Sekarang sudah terjadi, di semua usia ada perasaan menyesal untuk mengejar teknologi.

Banyak studi ilmiah menemukan krisis kesehatan mental bersamaan dengan adopsi smartphone.
Dulu tidak ada yang bling bling, tidak ada yang pamer, ada waktu istirahat sementara waktu, dan hal yang sederhana lainnya.

Sejak muncul internet, sebenarnya ada manfaaatnya. Ketika mesin Fax untuk mengirim dokumen dapat diganti dengan email.
Komunikasi chat di depan computer tapi hanya beberapa orang yang dikenal, telepon internet ke luar negeri. Ketika computer dimatikan maka semua berakhir.

Tapi tidak seperti sekarang, semuanya terhubung dengan aplikasi smartphone. Jadi ada yang dikorbankan seperti waktu.
Sebentar-sebentar melihat ponsel, itu salah satunya.

Dari sisi konten, rentetan hal negatif kadang terus menerus datang. Khususnya ketika seseorang mulai tidak suka, akan muncul di media sosial, cerita media atau liputan tentang politik yang memecah. Tanpa terasa seseorang malah masuk kedalam topik yang tidak penting.

Gen Z tidak mengunakan kartu kredit, agar terkontrol
Kelompok usia ini lebih banyak mengunakan ke uang tunai sejak pertengahan 2022.

Menurut data Ramsey Sol, ada yang lucu dari perubahan warga.
Gen Z mengeluarkan uang mereka dengan membayar tunai, agar tetap mempertahankan anggaran atas apa yang akan dibeli.
Gaya hidup tersebut tentu menganggu teknologi bank online, dimana satu kalangan bertahan dengan strategi tradisional.

Bagaimana mereka mengatur, ada amplop yang sudah terbagi bagi sesuai anggaran penghasilan dan pengeluaran bulanan.
Kalangan Gen Z berhasil mengendalikan belanja mereka

Sedangkan Gen Z mengikuti di belakang, dan generasi tua sekarang disebut Baby Boom  yang lebih mapan hanya 37% mengunakan uang tunai.
Itu gaya hidup yang baik kata peneliti, dibanding melihat tabungan 0, sekarang dapat merasakan uang tunai dibanding mengesek.

Tahun 1980 CNN meluncurkan berita 24 jam di jaringan kabel TV.
Hari ini tayangan itu sudah seperti di jaman batu. Yang lain lebih mengejar di media sosial terutama Twitter. Kadang ada beberapa kategori berita tidak terlalu penting untuk hidup kita, entah mengapa banyak yang tertarik kesana dan sulit mengabaikan seperti terobsesi.
Mendapatkan informasi seperti itu, dapat membuat seseorang stres, cemas, bahkan kesehatan yang buruk.

Media sosial, tidak berbeda. Banyak yang mengikuti arus berita, komentar, Like, berbagi cerita.
Hem termasuk menyebarkan berita. Itu membutuhkan waktu.

Coba lihat di era berita media seperti TV, waktu hanya habis 30 menit untuk mendapatkan berita. Selebihnya tentang hiburan.

Musik, ketika anda suka dengan musik dan mencari CD bahkan kaset.
Perjuangan mendapatkan akan berbeda seperti sekarang
Sekarang tinggal dicari di internet, seperti layanan streaming.

Ketika kita pergi bersama teman teman, dan bilang jangan di posting kita pergi kesini.
Yakin apakah tidak ada yang tahu. Satu saja yang mengabaikan dan memposting di media sosial, rekan lain akan tahu bahkan seluruh dunia tahu.
Di era 1980an, seorang akan diketahui ketika muncul di koran atau buku telepon.
Sekarang untuk menemukan diri anda jauh lebih mudah.


Hari ini kita banyak mengambil foto, mungkin sudah ratusan bahkan ribuan foto setiap tahun. Dan banyak dari mereka juga tidak tahu.
Di jaman camera, sebuah foto sangat berharga, satu foto menjadi momen terbaik, di cetak dan masuk figura.
Sekarang siapa yang mau memiliki ribuan foto dan mencetak. Yang ada hanya disimpan di storage digital.

Ketika anda sedang mengerjakan sesuatu, apakah bisa fokus tanpa smartphone disamping meja.
Di era digital, fokus itu penting tapi sulit di lakukan.

Gen Z vs Baby Boomer, ada yang menarik
GenZ atau kalangan muda melihat karyawan senior yang menjadi atasannya seperti angkatan Baby Boomer kadang menganggu.
Katanya, mereka mengunakan bahasa lama, membuang kertas, memaksa dirinya di kantor, mengandalkan rapat resmi yang tidak perlu.
Kadang telepon yang tidak perlu, menanyakan masalah teknis teknologi yang mudah di cari di Google dibanding bertanya ke yang muda.

Staf senior dianggap haus kekuasaan, kadang terobsesi dengan hirarki jabatan. Tentu ini menarik, karena GenZ tidak terlalu peduli dengan posisi selama mereka bekerja baik baik saja.

Berbalik dengan kalangan senior atau Baby Boomer, mereka menyebut yang muda tidak mengerti berbicara formal.
Lebih mudah menjelaskan langsung dibanding mengetik laporan yang membutuhkan waktu.

Disisi lucu, ketika pandemi GenZ dapat bekerja dirumah, dan itu bagus.
Disisi lain, mereka lulus universitas dan mendapat gaji tinggi, tapi tidak mau ke kantor, tidak mau komunikasi langsung dan membuat lingkungan kerja lebih sehat.
Kadang perbedaan usia dari staf menjadi cerita lucu.

Media sosial juga membawa perbandingan ke tingkat baru.
Sebagai manusia memiliki sifat alami untuk membandingkan dirinya dengan rekan lain.
Kadang melihat mereka lebih tinggi atau... lebih rendah.
Mereka sedang berlibur, kita sibuk bekerja, bahkan dirumah saja bersama keluarga.

Ini adalah pandangan yang kita lihat di Media Sosial, dan orang-orang membagikan hal yang gratis. Tapi itu hal yang baik baik saja.
Yang buruk, entah lah

Belanja online itu mudah tapi sering salah.
Bagi mereka yang kurang berpengalaman atau ceroboh membeli barang. Kita tinggal duduk dan melihat, click dan barang datang.
Tapi lihat di era dulu, untuk belanja saja anda mencari teman yang berpengalaman.
Keliling ke toko konvensional bahkan lebih lama jalana dibanding membeli 1 barang.
Itu cerita di era 2023, dimana ada rasa kerinduan dari kalangan M dan X


2019
Dulu, kita bicara jaman dulu. alias ABG - Angkatan Babe Gue, yang disebut dengan Baby Boomer..
Naik turun mobil merupakah hal biasa bahkan sebuah keharusan. Punya mobil sebagian menyebut sebuah kebutuhan bahkan pencapaian.
Industri kendaraan tentu senang, karena mereka adalah sebuah pasar.

Angkatan Baby Boomer adalah mereka yang lahir antara tahun 1946-64. Ketika tumbuh dengan kemakmuran di negara Amerika.
Millenial adalah mereka yang lahir antara tahun 1980 - 1994. Mereka dimanjakan oleh orang tua mereka yang suskes, dan selalu di awasi oleh orang tua mereka.
Di awal abad ke 21, kedua generasi tersebut menduduki posisi penting dalam kehidupan dunia.

Ada yang menyebut angkatan tersebut adalah angkatan manja. Nyatanya tidak seperti itu.
Mereka tidak mau bekerja penuh di kantor.
Angkatan Millenial misalnya tidak mau bekerja seharian hanya duduk di kantor mereka sendiri. Dan mereka ingin memiliki kehiodupan di luar pekerjaan, dan pekerjaan adalah prioritas kedua.
Angkatan Baby Boomer memandang remeh dari kemampuan Millenial dan Gen Z. Seakan anak anak mereka tidak melakukan apa apa untuk membangun karier.



Perbedaan generasi GenX GenY GenA Millenial

Nyatanya generasi Millenial sangat serius, bahkan mengambil pekerjaan mereka antara 60-80 jam perminggu.

Untuk membagi generasi dapat dilihat dari rentang tahun lahir
Baby Boomers: lahir tahun 1946 hingga 1964
Gen X (Baby Bust): lahir tahun 1964 hingga 1975
Xennials: lahir tahun 1975 hingga 1985
Generasi lahir tahun Millenial (Gen Y, Gen Berikutnya): 1985 hingga 1995
Gen Z (iGen): lahir tahun 1995 hingga 2012
Gen Alpha: lahir tahun 2013 hingga 2025

Yang berbeda adalah generasi Millenial dan Gen Z. Karena mereka ternyata tidak suka kendaraan pribadi seperti mobil kelas mahal.

2 generasi tersebut tidak menempatkan kendaraan sebagai prioritas tertinggi untuk mencapainya..
Yang lebih buruk lagi, mereka tidak perlu mengejar ijin mengemudi, karena memiliki kendaraan bukan satu pencapaian yang dicari.

Pertanyaannya mengapa generasi Millenial dan Gen Z tidak ingin memiliki kendaraan pribadi.

Survei ini tentu bukan di Indonesia, melainkan masyarakat Amerika.
Sebenarnya mereka menghindari mengemudikan kendaraan. Jadi kalau dihindari tentu tidak harus memiliki mobil.
Dan mereka mencari cara untuk menganti dengan alat transpotasi lain.

Mereka mungkin tidak tertarik karena memiliki masalah hutang.
Mahasiswa di luar negeri kadang lulus tapi belum melunasi biaya kuliah.
Jadi masih ada beban yang harus dibayar setelah mereka mulai bekerja.
Masalah krisis periodik membuat beban bagi tabungan mereka.
Demikian juga kalau membeli mobil maka nilainya akan susut dari tahun ke tahun, walau hanya di parkir di depan kontrakan.

Layanan transporatasi lebih mudah.
Tersedianya moda angkutan umum online menjadi pilihan. Ditambah transportasi yang sudah dan mapan di kota kota besar, membuat mereka tidak tertarik memiliki kendaraan pribadi.
Dahulu harus mencari taksi untuk pergi, sekarang tinggal pesanm duduk di depan rumah dan kendaraan yang akan mengantar akan sampai di depan pintu..

Kendaraan adalah biaya.
Repot dengan perawatan, parkir, kerusakan, biaya bahan bakar, dan belum lagi transportasi.
Itu yang membuat 2 generasi tidak memprioritaskan kendaraan pribadi.
Memiliki mobil sama saja membawa satu tas besar berisi "Kerepotan baru". Lebih baik menghindar sebelum repot ke-esokan hari.

Mengemudi tidak menyenangkan.
Alasan ini sangat menarik, dan hal ini dapat dibenarkan.
Dahulu jalan tidak seramai saat ini, berkendara adalah hal yang menyenangkan.
Sekarang sepertinya tidak, dan menganggap mengemudi adalah sebuah tugas dan bukan hal yang menghibur duduk di belakangn kemudi.

FOMO
Alias Fear of Missing Out, beli mobil hari ini kelihatan keren
Tapi 2-6 bulan mendatang model baru kembali tampil.
2 generasi tersebut tentu tidak ingin kecewa karena mobil yang tidak murah baru saja dimiliki, ternyata sudah tertinggal dalam hitungan bulan.

Dibanding terjebak dan kesal melihat sebuah kendaraan bahkan sampai memiliki kendaraan, ada baiknya tidak sama sekali.

Mobil ada misteri mekanik
Bila ada yang pernah melihat kendaraan kaburator, seperti mobil jadul. Setiap teknisi biasa bahkan pemilik mobil akan mengerti tentang mesin.
Setidaknya tahu apa yang harus dilakukan ketika rusak atau muncul masalah.
Di era digital, hemm. ada yang pernah membuka kap mesin kendaraan dan mengetahui cara kerja memesin mobilnya.
Begitu bagian kap dibuka, mobil modern sulit diketahui seperti apa cara kerjanya. Jangankan melihat alur pengapian mesin, semua tertutup dan sistem elektronik.
Generasi baru tidak mau tahu dengan yang merepotkan dengan urusan mesin. Jadi mereka menjauhi diri dengan keterikatan emosi sebuah model kendaraan bahkan memiliki mobil pribadi.
Kecuali kendaraan listrik yang lebih mudah perawatan.

Kendaraan yang hebat, mereka tidak percaya.
Ketika sebuah kendaran di promosikan, banyak pembeli tertarik dengan promo, kehandalan, fitur dan hal yang disebutkan sampai akhirnya membeli
Generasi baru mungkin tidak, karena mereka adalah kelompok yang sinis, kira kira mereka tahu apa yang dilakukan produsen.
Menurut pakar, generasi baru lebih memilih sesuatu yang natural.

Lalulintas macet
Mereka tahu di jalan tidak ada kata lancar. Sebagian kota besar mengalami masalah jumlah kendaraan.
Alih alih mereka membyangkan memiliki kendaraan dan membuka kaca sambil menikmati angin sepanjang perjalanan.
Yang ada saat ini, hanya emosi bila seseorang memegang kemudi di jalan. Kecepatan tinggi sudah tidak ada lagi, semua berjalan seperti siput.
Belum lagi pengendara yang seenaknya memotong sana sini seperti mereka yang sudah membangun jalan.
Generasi baru melihat mengemudi adalah hal yang lebih buruk. Lebih baik mengambil transportasi online dibanding memiliki kendaraan sendiri.

Memiliki kesadaran ekologi dan ekosistem.
Bagi sebagian orang, memiliki mobil adalah alat transpotasi, sebuah tampilan dan hal hal yang mereka anggap berbeda dari orang lain.
Tapi mereka tidak pernah duduk di belakang knalpot kendaraan mereka sendiri.
Gen Z dan Millenial tahu itu. Bahwa emisi berbahaya tetap ada, walau generasi mobil terus memperbarui teknologi mesin untuk menekan gas buang kendaraan.
Mereka lebih tertarik dengan kendaraan listrik, tapi belum terlalu yakin karena masih tidak terlalu yakin siap digunakan.
Dibanding memiliki kendaraan pribadi dan meracuni udara, sementara mereka belum berkomitmen mengambil kendaraan listrik yang relatif lebih mahal.
Pilihan dengan menunda memiliki kendaraan pribadi.

SIM bukan untuk gengsi
Memiliki kendaraan, jalan jalan sambil membawa mobil pribadi. Bagi sebagian orang adalah hal yang membanggakan.
Nyatanya di 2 generasi ini tidak menarik dengan hal itu. Merekat ahu semua orang sudah bisa pergi, "kalau mau".
Sekarang tidak ada yang gengsi pernah pergi ke satu tempat indah.
Jadi untuk apa sia sia memiliki SIM dan mobil pribadi. Toh tidak ada yang dibanggakan di jaman modern saat ini.
Mungkin lebih menarik mengunakan mobil AI yang dapat mengemudi sendiri.

Tentu saja ada yang memiliki pendapat berbeda. Karena di setiap generasi memiliki tren
Kira kira seperti itulah gambaran dari tiap generasi dari jaman kaset sampai MP3.

Rasa kesepian di generasi Milenial berdampak pada kesehatan

22 persen dari milenium mengatakan mereka tidak memiliki teman
Generasi milenial berusia 23 hingga 38 tahun. Seharusnya merupakan tahun-tahun pertama karier dan memulai keluarga, sebelum persendian kaki terasa sakit nanti atau mulai tua.

Namun seperti yang ditunjukkan jajak pendapat baru-baru ini dan beberapa penelitian terkait, ada sesuatu yang hilang bagi banyak orang di generasi ini: yaitu persahabatan.

YouGov, sebuah perusahaan riset pasar, menemukan bahwa 30 persen dari milenium mengatakan mereka merasa sepi.
Angka tertinggi di seluruh generasi.

Lebih jauh lagi, 22 persen dari milenium dalam jajak pendapat mengatakan mereka tidak memiliki teman.
Dua puluh tujuh persen mengatakan mereka "tidak punya teman dekat,".
Responden jajak pendapat diartiken perbedaan antara "kenalan"; atau orang yang berinteraksi dengan sesorang.

Sebagai perbandingan, hanya 16 persen Gen Xs dan 9 persen di generasi baby boomer yang menyebut mereka tidak punya teman.

Jika Anda atau siapa pun yang Anda kenal mempertimbangkan untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri atau cemas, tertekan, kesal, atau perlu berbicara, ada orang yang ingin membantu:

Jika generasi ini benar-benar kesepian. Penelitian menunjukkan bahwa kesepian cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Apa yang akan terjadi pada milenium, yang sudah merasakan tingkat kesepian yang tinggi, bagaimana dengan mereka setelah usia tua?

Generasi baru lebih terisolasi karena menghabiskan lebih banyak waktu di internet. (Meskipun ada juga bukti bahwa internet dapat membantu orang yang kesepian, orang-orang yang terisolasi terhubung dengan orang lain.)

Untuk sementara mungkin, sesuatu yang khusus terjadi dengan generasi milenium.
Sebuah meta-analisis di tahun 1990, mencakup data 25.000 orang, menemukan bahwa "kesepian tertinggi di antara orang dewasa muda, cenderung menurun pada usia setengah baya, dan kembali meningkat sedikit di usia tua." Jadi ada masa dimana seseorang mulai berkurang berinteraksi dan kembali berinteraksi.

Seorang psikolog tidak mengetahui penyebab pasti adanya siklus tersebut. Peneliti dari Ruhr-Universität Bochum dan turut menulis makalah ini.
Apa yang menjadi masalah di kalangan muda, tentu saja kesehatan mereka.
Kesepian dikaitkan dengan tekanan darah tinggi dan penyakit jantung - itu benar-benar menghancurkan kesehatan bagi kalangan muda. Dari 70 studi menunjukkan bahwa kesepian meningkatkan risiko kematian 26 persen.
Jadi bagi kalangan muda sebaiknya mulai bersosialisasi dengan baik. Jangan terikat dengan gaya generasi yang ada.

Artikel Lain

Generasi Z di China membeli barang mahal, mungkin kita salah. Disana tidak lagi melihat barang mewah, malah mengejar diskon dan belanja rasional. Apa dampak bagi layanan disana. Merek mewah harus pindah ke online, warga lebih memilih produk serbaguna dibanding harga mahal.

Lagi India menghadapi gelombang panas. Suhu kota New Delhi mencapai 42 derajat Celcius. Masalah negara dengan sumber emisi terbesar nomor 3 dunia. Pembangkit batu bara, transportasi dan penduduk. Beban listrik untuk pendingin ruangan menjadi rumit di tahun 2024

Kota Los Angeles sekarang melapisi jalan dengan cat abu abu atau disebut CoolSeal. Menjaga trotoar dan jalan lebih dingin. Perubahaan iklim menjadi fakta kehidupan di kota seluruh dunia. Satu kota lagi di uji coba tahun 2021 yang terkenal panas, menurunkan panas jalan sampai 5 d.C.

Sejak tahun 2019, beberapa perusahaan teknologi dan keuangan menetapkan jam kerja 996. Bahkan petinggi perusahaan menganggap itu kemajuan. Awal terlihat diterima dengan wajar, tapi korbanya mulai berjatuhan, karyawan yang baru lulus mulai mengeluh. Media turun tangan membuka mata warga disana, termasuk Presiden ikut bicara.

Beberapa orang ingin menjadi kaya raya, bahkan super kaya. Sesampai disana akan muncul perasaan berbeda ketika kehidupan sebelumnya. Banyak perasaan yang tidak lazim bahkan tidak di alami ketika seseorang masih menjadi pekerja. Seperti apa yang mereka akan hadapi.

Tinggal di Suriah ada yg menyelematkan kucing. Pria asal Amerika selamatkan 1000 hewan sebelum festival, seorang wanita menolong balita di jalan karena dibuang keluarganya. Atau harimau sirkus diselamatkan sampai menjadi harimau besar.

Sebuah stasiun kereta kecil di pulau Hokkaido sebagai pulai paling utara Jepang. Membuat berita nasional di akhir tahun kemarin. Disana ada seorang siswi yang akan lulus SMA pada bulan Maret 2016. Setelah bulan Maret, kereta tersebut akan mengakhiri berhenti di stasiun. Apakah kereta tidak mau menjemput penumpangnya lagi

Film dokumenter tentang kemandirian anak anak di Jepang yang independen dari usia muda. Bila datang ke Jepang, banyak orang asing meliat anak anak pergi ke sekolah sendiri, mereka naik kereta dan bus seperti orang dewasa. Sementara pemandangan ini agak aneh bagi penduduk modern di luar negara Jepang.

Beberapa foto ini dapat mengembalikan manusia kembali. Menolong orang lain kadang engan dilakukan, tapi bagi mereka yang mengerti arti kehidupan, menolong adalah hal yang mudah dan bisa dilakukan kapan saja.

Seorang miliader dari China pulang kampung dan membuat rumah mewah gratis untuk warga disana. Xiong Shuihua membangun kampungnya di masa kecil dan memberikan warga disana rumah elit untuk ditinggali. Ketika kecil, dia tinggal di desa Xiongkeng, dan merasa keluarganya dirawat oleh warga disana

Membantu orang lain, sebagian orang akan mencibir. Kisah kehidupan beberapa masyarakat yang ini agak berbeda. Rela melakukan yang tidak biasa, mungkin asik saja bagi diri mereka. Dari keberanian, suka rela dan tolong menolong merupakan hal berbeda



Youtube Obengplus


Trend