Atmosfer bumi digambarkan sebagai mantel rapuh yang membungkus planet ini, sebanding dalam skala dengan kulit apel yang melindungi buah.
Selama lebih dari setengah abad, bahkan sebelum misi Apollo 16 menangkap gambar ultraviolet pertama Bumi, para peneliti tahu bahwa lapisan atmosfer terluar - geocorona - meluas jauh melampaui kandungan udara.
Geocorona adalah bagian bercahaya dari wilayah terluar atmosfer bumi, yaitu eksosfer. Hal ini terlihat terutama melalui sinar ultraviolet jauh (Lyman-alpha) dari Matahari yang tersebar dengan kandungan hidrogen netral.
Meluas setidaknya menjauh 15,5 jari-jari Bumi dan mungkin hingga sekitar 100 jari-jari Bumi.
Geocorona telah dipelajari dari luar angkasa mengunakan satelit Astrid dan pesawat ruang angkasa Galileo, dengan peralatan spektrometer ultraviolet (UVS).
Sebuah studi baru dari Space Physics Redefines, untuk meneliti batas-batas planet kita, berdasarkan data akhir di milenium yang terabaikan.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa ada lebih dari 391.000 mil dari permukaan planet kita, sekitar dua kali lebih jauh dari bulan kita.
Tidak berarti anda bisa jalan jalan sampai di ruang angkasa, tanpa pakaian antariksa, kata Jean-Loup Bertaux, rekan penulis studi dan ahli planet.
Molekul hidrogen yang membentuk bagian ruang luar sehingga wilayah ini masih dianggap sebagai ruang hampa.
Setiap pesawat ruang angkasa yang melewatinya tidak akan melihat apa-apa atau diperlambat oleh gesekan gas seperti di permukaan Bumi..
Namun, bukan perarti pesawat di ruang angkasa telah meninggalkan atmosfer bumi. Ketika misi ke Bulan, para astronot sebenarnya mengorbit dengan baik di dalam geocorona bumi.
Semua tantangan ini kita lihat perbatasan planet kita.
NASA menganggap pengembara di luar angkasa sebagai astronot ketika mereka mendaki lebih dari 80 km di atas permukaan planet. Fédération Aéronautique Internationale, yang menilai rekor dunia untuk perjalanan aeronautika, menggunakan garis Karman- batas ruang angkasa terletak 100 kilometer di atas permukaan laut. Bagian tersebut adalah "tepi ruang".
Foto ultraviolet pertama geocorona Bumi diambil oleh para astronot di bulan pada tahun 1972. Foto milik NASA
Dengan pengetahuan baru ini, teleskop berdaya tinggi di bulan atau di orbit Bumi juga perlu diperhitungkan dan di filter. Bila teleskop ingin melihat keluar dan terkena dampak cahaya ultraviolet geocorona.
Lebih dari dua dekade lalu, sebuah pesawat ruang angkasa yang disebut SOHO - Solar dan Heliospheric Observatory - ditugaskan meneliti atmofer antara Bumi dan matahari, mencari dengan frekuensi tertentu dari sinar ultraviolet yang dikenal sebagai radiasi Lyman-alpha.
"Pada dasarnya, Lyman-alpha adalah warna hidrogen," kata Bertaux. Ternyata tata surya berjalan dalam warna ini, mengingat hidrogen adalah unsur paling umum di alam semesta. Karena setiap atom hidrogen diterangi oleh matahari, ia memancarkan cahaya Lyman-alpha.
Lyman-alpha terletak di bagian ultraviolet dari spektrum cahaya, di mana mata manusia tidak bisa melihatnya. Tetapi instrumen pada pesawat ruang angkasa SOHO disebut SWAN bisa.
Kembali pada 1990-an, Bertaux mengarahkan misi utama SWAN: untuk monitor matahari, rentetan konstan partikel bermuatan yang mengalir keluar dari matahari. Bertaux sekarang setidaknya telah pensiun. tetapi dalam waktu senggangnya dia memperhatikan kembali ke beberapa data proyek sampingan (misi tambahan) yang telah lama diabaikan yang ia kumpulkan dalam 55 tahun karirnya.
Bersama Igor Baliukin, seorang ahli fisika di Space Research Institute Rusia dan penulis utama, Bertaux kembali ke data SWAN pada tahun 1996, 1997 dan 1998.
Apa yang mereka temukanMeskipun data terlihat sudah usang beradasarkan data 1960-an, menurut Bertaux.
Bertaux, Baliukin dan timnya menemukan geocorona memanjang lebih dari 50 kali diameter Bumi dari permukaan planet.
"Ketika para astronot berada di bulan, mereka melihat kembali ke Bumi," kata Bertaux, "tetapi mereka tidak berpikir bahwa mereka memang berada di dalam atmosfer Bumi."
Diagram tidak-skala ini menunjukkan geokorona bumi, lingkaran atom hidrogen yang memanjang 50 kali diameter planet kita.
Di sisi planet yang menghadap matahari, geocorona "didorong" oleh angin matahari, "ekor" di sisi berlawanan dari planet ini. Gambar milik ESA, teks diperbesar oleh NewsHour
Terlihat di bagian gambar biru, ada bagian yang memanjang dari Geocorona Bumi. Bahkan lebih jauh jaraknya sampai melewati Bulan.
Diagram tersebut bukan dalam skala sebenarnya. Tapi menunjukkan geokorona bumi, lingkaran atom hidrogen yang memanjang 50 kali diameter planet kita. Di sisi planet yang menghadap matahari, geocorona "didorong" oleh angin matahari, menciptakan efek "ekor" ke sisi berlawanan dari planet ini.
Tim juga tahu, berdasarkan pengamatan geokorona sebelumnya, bahwa foton dalam angin matahari mengelilingi hidrogen di atmosfer luar, yang berarti geokorona itu harus asimetris antara hari Bumi dan nig.
Jadi astronot yang pergi ke bulan, atau astronot yang berada di stasiun ruang angkasa. Sebenarnya tidak ada astronot yang pernah meninggalkan atmofer bumi.
Ruang angkasa adalah kondisi tidak dapat di duga, dan NASA belajar dari misi Challenger 1986 dan Columbia 2003. Penyebab kecelakaan dapat dihindari, bila ada pendapat dari para insinyur dan dampak sebelum atau untuk kembali ke Bumi. Tapi urusan pulang ke Bumi, setiap pesawat ruang angkasa akan menghadapi kondisi ekstrem.
Semua materi dapat dibuat oleh manusia, bahkan plutonium dan lithium dapat digunakan untuk energi. Tetapi emas mungkin tidak dapat dibuat. Darimana asalnya emas, apakah datang dari tanah begitu saja. Proses pembentukan emas mungkin dari kejadian luar biasa di alam semesta. Tabrakan 2 bintang neutron menghasilkan Au simbol emas dan Pt platinum
Sebuah galaksi yang bergabung, terditeksi ada 2 inti dari galaksi SDSS J1010 + 1413 yaitu 2 lubang hitam supermasif. Kedua lubang hitam yang sudah masuk menjadi satu dan perlahan saling mendekat. Terditeksi oleh teleskop Hubble dan memperlihatkan ada 2 cahaya biru. Peneliti mengatakan kedua lubang hitam akan saling mengitari. Kapan tabarakan akan terjadi, tidak tahu. Apa yang akan terjadi, disana akan terjadi riak gelombang gravitasi sangat kuat.
Messier 28 atau NGC 6626 adalah nama dari Globular Cluster. Ditemukan oleh Charles Messier tahun 1764, tetapi ketika ditemukan benda yang dilihat tersebut dianggap kumpulan debu dan gas. Dengan teknologi teleskop ruang angkasa bentuk dari benda tersebut menjadi jelas, dan disana adalah kelompok bintang besar.
Kami tidak tahu apakah ada orang yang melihat secara langsung ketika terjadi ledakan yang sangat terang tersebut. Sumber cahaya GRB 080319B berasal dari benda yang jauhnya 7,5 miliar tahun cahaya.
Atau ledakan yang tercatat tersebut di tahun 2008 berasal dari ledakan
7,5 miliar tahun lalu.