Beirut ibukota Lebanon menghadapi masalah sampah sejak tahun lalu. Ketika otoritas negara menutup tempat pembuangan sampah tanpa berencana, dan tidak menyediakan tempat yang baru. Foto ini diabadikan pada 3 Maret 2016, dan sampah seperti jalan raya.
Sampah tersebut memang berada di jalan, tepatnya di jalan Jdeideh Beirut Timur. Dalam gambar adalah sampah diatas jalanan, bukan sampah dibuat jalan.
Setiap kota menghadapi masalah sampah yang mengunung, tapi yang satu bukan disebabkan masyarakat sendiri. Beirut menghadapai krisis sampah yang disebabkan inefisiensi politik, korupsi dan kejahatan. Diperparah tidak adanya tempat daur ulang dan terus memuncak di tahun 2008 lalu. Sejak itu masalah seperti ini tidak pernah terselesaikan.
Tidak sampai disitu saja. Menteri pertanian dan menteri keuangan ikut beradu argumen. Mau dibereskan perlu dana, yang satu mengatakan bila dibiarkan akan merusak lingkungan.
Bagaimana penyelesaian sampah disana. Baru sebatas ide dengan meminta bantuan perusahaan Inggris untuk mengelola menjadi energi bersih, tapi tidak di ungkap lebih lanjut apakah perusahaan tersebut akan membawa sampah keluar negeri atau mengelola disana. Cerita lainnya, sampah akan dibawa ke Rusia. Nyatanya sampah masih tetap ada disana.
Pihak universitas telah mengajukan ide untuk penanganan sampah. Tapi pemerintah terlihat sedikit saja minatnya dengan usulan tersebut.
Bila sampah mengunung, akhirnya masyarakat akan membakar sampah mereka. Asap mulai muncul di pinggiran kota, setidaknya ada asap yang bersifat karsinogen dan polutan berbahaya. Dibiarkan, air dari pembuangan sampah akan merusak sumber air di bawah tanah. Artinya ada saja penduduk di malam yang membakar sampah mereka. Sampah yang ada menimbulkan bau dan lalat yang menyengat.
Pemerintah masih mencoba memonopoli sektor bagi masyarakat. Seorang
penduduk mengatakan ada uang yang akan dibuat, dan mereka mencoba
mencari bagaimana membagi-bagi kue. Dan masyarakat disana terkena
dampak, lalu salah siapa. Tentu saja salah mereka juga yang salah
memilih pemimpin. Ini satu kasus dengan 2 juta penduduk Beirut. Beberapa
tahun lalu Lebanon mengalami krisis listrik dan air bersih
setelah perang berakhir
Memiliki apatemen dan mobil pribadi di Beijing, pemiliknya harus membayar sewa tempat parkir. Tapi harganya sangat mahal, di pinggiran kota harus membayar tempat parkir kendaraan seharga satu mobil kecil.
Orang terkaya di Asia sedang bertaruh 1,26 milyar untuk krisis sampah. Li
Ka Shing menuangkan uangnya ke perusahaan pembakaran sampah. Bisnis
tersebut tidak ada kaitannya dengan bisnis properti. Dia memimpin
konsorsium untuk membeli perusahaan pengelola limbah.