Penyakit HIV dan remaja meningkat di Indonesia mengapa

   Green | 1 December 2015

PBB melaporkan remaja di usia 15-19 tahun yang terkenai HIV terus meningkat.

Tahun 2014 saja mencapai 50 ribu remaja, dengan total 220 ribu remaja terjangkit HIV.

Berbeda dengan orang dewasa terkena HIV cenderung turun sampai 28% di wilayah Asia Pasifik.

Lalu ada apa dengan remaja, mengapa angka HIV terus naik, mereka tidak tahu resikonya ?, mereka lupa, atau menganggap penyakit itu sudah tidak ada lagi.

Badan dunia (PBB) terus berusaha menurunkan penyebaran penyakit HIV yang disebabkan dari hubungan seksual.

Masalah pada remaja yang terkena HIV terus meningkat, dan kematian dari HIV di kalangan remaja naik.

Kalangan remaja sepertinya tidak menerima perawatan seperti orang dewasa yang sudah positif HIV untuk memerangi dengan obat antiretroviral.

Sepertiga remaja di China bila sudah positif HIV, mereka akan dikucilkan, kadang dilarang ke sekolah.

Di Mumbai India, sekitar 48% pekerja seks berusia 18-24 tahun ditemukan positif HIV. Ternyata semakin usia muda semakin tidak mengerti dengan penyakit HIV.

Di seluruh dunia, masyarakat dari usia dewasa dan remaja sudah tahu resiko dan penyebab HIV.
Bahkan angka penderita cenderung menurun. Masalahnya di Indonesia dan di Filipina berbeda, bahkan berbanding terbalik.

Teknologi mengambil andil dengan komunikasi smartphone membuat komunikasi negatif, dan perilaku tidak normal lebih mudah untuk berkomunikasi.
Kecepatan teknologi juga merambah kecepatan penyakit di kalangan remaja.

Penyimpangan perilaku kehidupan, depresi, kesepian bisa menjadi komunikasi yang salah, ditempat yang salah, dan bertemu dengan orang yang salah.

Lepas dari masalah penyebab meningkatnya HIV, dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Penderita HIV pada usia 15-19 tahun yang terdata. Di Indoneia meningkatn mencapai 3000 orang dalam 10 tahun. Jauh melebihi data dari negara Asia lain. Kecuali data dari negara China dan India yang tidak tersedia.

Sedangkan data di Afrika dan Timur Tengah cenderung sadar dengan menurunnya data penderita sampai hampir 50%.

Hanoi, Jakarta, Bangkok, Chiang Mai dan Mumbai meningkat dengan angka rata rata tertinggi penderita HIV hidup disana.

Bahkan lebih parah dari data penderita HIV di Bangkok. Usia 15-21 tahun naik 2x lipat dari kelompok umur lainnya.

Penderita HIV di Indonesia

Angka diatas hanya perkiraan. Bisa saja menjadi puncak gunung es. Dimana sebagian orang tidak diketahui atau merasa tidak terkena. Dan terus menularkan penyakit ke orang lain.

Ada yang sembuh, orang kedua bebas dari HIV (November 2021)
Peneliti Massachusetts, mereka telah menemukan pasien kedua yang tampaknya telah mengalahkan infeksi HIV sendiri tanpa memerlukan pengobatan antivirus atau transplantasi sumsum tulang.

Jenis pasien ini dikenal sebagai "elite controllers / pengendali elit" dan telah dipelajari untuk sekarang.
Mereka sangat menarik karena mereka memiliki sistem kekebalan yang dapat mengendalikan virus secara alami tanpa harus menggunakan obat-obatan.
Penggunaan obat-obatan biasanya dilakukan untuk mencegah virus mereplikasi dirinya sendiri di dalam sel kekebalan tertentu, tetapi “elite controllers” ini tampaknya mampu melakukannya secara alami.

Pasien HIV selama 7 tahun tersebut, sekarang dinyatakan sembuh total oleh para peneliti, setelah mereka menguji lebih dari 2 miliar sel darah dan jaringan yang dikumpulkan dari tubuhnya.

Xu Yu, peneliti Ragon Institute mengatakan, “Contoh dari 2 kasus ini benar-benar menunjukkan upaya kami untuk menemukan obat infeksi HIV dan tidak sulit dipahami. Bila kita mempelajari cara kerja kekebalan alami terhadap virus, kita akan dapat melakukannya.”

Disisi penyebaran
Disini teknologi berperan menjadi salah satu penyebaran penyakit yang belum dapat disembuhkan, walau secara tidak disengaja.
Sekali lagi ketika seseorang berteman yang salah, berbicara dengan orang yang salah, akhirnya bertemu dengan orang yang salah. Artinya dia tidak tahu, atau mengabaikan resiko yang akan dihadapi. Sampai akhirnya terjangkit penyakit seumur hidup.

Disinyalir pengunaan aplikasi dating seperti aplikasi pertemanan, misalnya mencari teman yang ada di sekitar memicu penguna perangkat bisa saling berkomunikasi serta membicarakan hal tidak sehat.

Aplikasi yang disebutkan (tidak disebutkan dalam artikel ini), hanya salah satu media yang digunakan untuk kalangan remaja.
Khususnya mereka yang mengalami penyimpangan seksualitas. Dan satu aplikasi lain lebih mengarah ke gaya hidup, dimana mencari teman yang cocok di seluruh dunia.
Jangan salahkan teknologi aplikasi, tapi salahkan manusianya.

Artikel Lain

Tentang penyakit diabetes sudah menjadi penyakit nomor 5 sebagai penyakit umum yang mematikan. Jutaan orang menderita oleh penyakit ini, dan masih banyak lagi yang tidak terdiagnosa. Paling umum diabetes tingkat 2, bagaimana mencegah dan apa ciri diabetes tingkat 2.

Kanker kedua jumlahnya kembali meningkat. Data kesehatan di Amerika menunjukan 1 dari 5 kasus penyakit kanker, adalah pasien yang pernah terkena kanker dan harus kembali pendapatkan perawatan setelah terdiagnosis memiliki kanker kedua. Salah satu penyebab bahan akrilamida pada makanan yang di bakar

Lampu ZappLight mengunakan cahaya lampu LEd untuk penerangan, tapi dibagian atas terdapat jebakan untuk nyamuk. Mengunakan soket lampu biasa, sekaligus sebagai alat pembasmi nyamuk. Kekuatan cahaya lampu mencapai 920 lumen dengan cahaya White.



Youtube Obengplus


Trend