2020 dalam 5 tahun harga smartphone naik hampir 2x lipat
Harga smartphone terlalu tinggi dan menembus $1000, bahkan ada yang dijual $2000. Dalam hati kita mungkin berpikir lebih baik beli notebook high end dibanding mengunakan smartphone premium.
Tetapi di tahun 2015 harga smartphone sudah terjangkau, tetapi setelah muncul teknologi dual camera dan jaringan wireless lebih cepat malah terus bergerak keatas.
Smartphone model high end di tahun 2015 mungkin berada di $600-700 saja.
Jadi kita bertanya apa yang membuat smartphone premium semakin mahal.
Apakah smartphone dengan procesor yang sama, tapi berbeda harga sangat jauh.
Ketika iPhone dijual $599, ada yang bertanya itu kan Apple. Selalu menjual produk dengan harga premium.
Sekarang kita bertanya kembali, mengapa iPhone lebih murah dari smartphone Android.
Apakah teknologi smartphone Android semakin canggih, jawabannnya ada beberapa faktor
Pasar jenuh, produsen mencari inovasi.
Bicara di tahun 2020, sebenarnya pasar smartphone sudah jenuh. Mungkin kita bosan melihat begitu banyak model smartphone.
Tetapi di smartphone kelas menengah keatas ada beberapa fitur yang tidak ada di smartphone kelas pemula.
Produsen mencari pasar berbeda agar produk mereka masih dapat di terima, isitilahnya memberikan sesuatu yang berbeda dan lebih baik dari apa yang pembeli dapatkan dengan smartphone lama mereka. Teknologi smartphone dengan dual camera hanya bertahan 1 tahun, dan digantikan dengan 3 camera, lalu 4 camera belakang.
Hal umum, perusahaan telekom di luar negeri juga memberikan kredit, bisa dicicil 1 tahun, 2 tahun atau mungkin lebih ketika menawarkan smartphone kelas menengah keatas.
Biang keladi smartphone lebih mahal.
Perangkat dari layar yang lebih lebar, menganti teknologi layar LCD dengan layar AMOLED yang lebih hemat power tapi lebih mahal, disain smartphone dengan bezel tipis, kaca anti gores terbaru yang lebih kuat. Itu yang ditambahkan oleh produsen agar berbeda. Membuat penguna smartphone kelas atas melihat dengan WOW, ini beda, ini lebih cepat, ini lebih jernih.
Teknologi procesor juga berganti. Yang dahulu hanya mampu mengolah gambar 8MP, 12MP, sekarang berbicara 100MP.
Boleh dibilang kemampuan procesor smartphone untuk beberapa kinerja lebih cepat dibanding procesor notebook.
Dahulu untuk foto hasilnya sama saja seperti bercermin, sekarang tambil beda dengan AI Beauty. Wajah tampil lebih cerah berkat pengolahan gambar di smartphone.
Kemampuan procesor membawa kecepatan grafik diatas computer dengan layar kecil di smartphone. Dari 60Hz, naik mencapai 120Hz dan mungkin seterusnya, sementara computer standar hanya menampilkan grafik setara 60hz.
Teknologi wireless modem. Dari 3G berpindah ke 4G lalu naik ke 4G LTE, dan tahun 2020 memasuki era 5G.
Kecepatan storage, dari eMMC naik ke UFS 2 dan naik lagi ke UFS 3 bahkan UFS 3.1 yang sangat cepat. Mengalahkan kecepatan storage computer SSD 3,5 inci.
Dari eMMC dengan 250MB perdetik masuk ke storage smartphone, akan terasa lambat untuk load game besar di smartphone.
Naik lagi ke UFS 2.1 sudah 2x lebih cepat. Tetapi storage dengan standar UFS 3.0 mencapai 2,1GB perdetik untuk membaca data dari storage.
Kemampuan storage juga berdampak dengan kemampuan smarpthone merekam video resolusi tinggi. Dahulu berbicara Full HD 1080p video recording, sekarang berbicara 4K sudah mampu di rekam dengan smartphone
Beberapa model smartphone dibuat dengan futuristik, dari disain engsel dan layar lipat alias smartphoe layar flip.
Camera tidak berhenti di teknologi lensa standar, tapi sudah naik ke teknologi lens zoom dengan lensa periskop yang kecil masuk ke dalam smartphone.
Camera smartphone modern sudah berbagi tugas, dan tidak dapat ditangani satu sensor camera saja.
Setidaknya membutuhkan 2 sensor lensa untuk efek bokeh, satu sensor ditempatkan untuk camera dengan lensa wide angle
OS Android Google diberikan gratis. Tapi tampilan depan di smartphone atau UI butuh biaya.
Disain aplikasi tampilan depan membutuhkan pengembangan oleh produsen, tentu saja ada yang membuat dan ada yang di gaji disana.
Tahun 2021, kabar dari Huawei akan membuat smartphone dengan lensa yang dapat di ganti. Seperti camera DSLR, dengan lensa yang dapat di lepas pasang.
2017 memasukan teknologi baru untuk memenuhi keinginan pembeli
Sebuah ponsel high end seperti iPhone atau
Galaxy Note terbaru, ditawarkan dengan harga mendekati $1000.
Membuat kepala konsumen berputar, mahal. Tentu tidak diragukan, bila di kurs harga smartphone tersebut melewati batas 10 juta rupiah.
Tetapi banyak orang berpendapat, bila teknologi begitu canggih tentu harganya akan naik.
Kita bisa menerima sebuah smartphone yang harganya $1000, tidak masalah bila tertarik membeli.
Karena harga tersebut adalah model premium, dan penguna mendapatkan teknologi paling terbaru. Atau menjadi produk komoditi di kalangan tertentu.
Beberapa smartphone menawarkan kinerja yang cepat, mengunakan procesor yang sama. Tampilan gambar juga baik, jernis, dan perangkat lunak yang bagus, walau ada beberapa fitur masih tertinggal. Ditawarkan dengan dengan harga $500an atau lebih murah.
Tetapi harga di smartphone 500an dollar tersebut tidak pernah masuk headline atau berita utama.
Masalahnya ada disini. Produsen smartphone terus berlomba-lomba membuat produk tercanggih. Kata sederhananya, teknologi yang belum ada di smartphone lain.
Mengunakan komponen lebih mahal dan menonjol dengan harga tinggi. Apakah kecanggihan smartphone mahal akan digunakan oleh pengunanya, antara ya dan tidak.
Beberapa tahun ini produk smartphone menjadi dinamika dalam disain dan memisahkan kelas tersendiri di smartphone premium sebagai posisi teratas.
Disisi lain teknologi semakin turun, teknologi yang baru turun ke kelas model teratas dan diberikan ke model smartphone menengah dan seterusnya.
Smartphone yang canggih saat ini akan digantikan dalam 1 tahun. Setidaknya ada produsen lain yang mengunakan teknologi yang sama, walau tampil berbeda.
Dan produsen yang membuat smartphone high end juga mengeluarkan model lebih baru selanjutnya. Dari model 4, tahun depan 5, tahun selanjutnya 6 dan seterusnya.
Ketika produk pertama yang canggih membutuhkan investasi. Biaya tersebut harus ditutup oleh produsen smartphone untuk model pertama. Sebagai contoh tren teknologi VR, display HDR, audio berkualitas dan pemindai mata serta camera ganda, dijual sebagai disain smartphone baru. Walau produk yang berhasil dijual sedikit lebih tinggi dari model sebelumnya. Teknologi selanjutnya tampil dengan teknologi baru, disini produsen smartphone mengembangkan perangkat lain yang belum ada di smartphone merek pesaing.
Lihat teknologi smartphone bezelless di tahun 2017, membuat tampilan smartphone nyaris tanpa bingkai. Bahkan memindahkan tombol di tengah smartphone dan dimasukan sebagai tombol layar sentuh. Teknologi seperti ini langsung memicu harga smartphone naik.
Padahal beberapa tahun lalu, masyarakat baru berbicara teknologi layar AMOLED, dimana layar tersebut lebih mahal dibanding layar LCD.
Dan pergantian teknologi membuat produsen smartphone menengah juga mengunakan layar AMOLED yang lebih hemat power. Karena harganya sudah tidak berbeda jauh dibanding layar LCD biasa.
Camera dengan zoom optik juga menambah harga smartphone. Cepat atau lambat disain smartphone dengan lensa tunggal dipastikan hanya ada di kelas smartphone pemula.
Padahal di tahun 2016 masih jarang smartphone mengunakan
dual camera. Sekarang teknologi smartphone dengan dual camera bisa dilihat harganya. Hanya dikisaran $200-300.
Sejauh ini hanya Samsung Galaxy terbaru yang memiliki fitur perangkat Dex, dimana membuat smartphone dapat terhubung layaknya membuat smartphone menjadi computer dengan tambahan perangkat monitor / TV.
Sekali lagi mahalnya teknologi membuat penelitian dan pengembangan produk. Kembali ke biaya tersebut harus ditutup oleh pembeli.
Notebook rata rata harganya sama. Tetapi di Macbook Air berbeda, dan dijual jauh lebih tinggi. Disebutkan memiliki disain ringan, dan tipis.
Tentu tidak dapat dibanding dengan produk notebook kelas gaming untuk performa, atau notebook kantor tipe Enterprise.
Di Macbook memiliki teknologi Touch Bar dan Retina Display, fitur ini yang tidak ada di notebook biasa.
Sekarang beberapa produsen juga menawarkan notebook tipis dan ringan, tapi membutuhkan waktu beberapa tahun setelah Macbook Air lebih dahulu dipasarkan.
Jangan heran harga produk elektronik begitu mahal. Disini pembeli dapat mempertimbangkan sendiri, apakah kita membutuhkan teknologi terbaru yang ditawarkan. Pilihan ada di tangan kita.