Dua kekuatan teknologi global menempatkan dana dan nama mereka di Asia Tenggara.
Bukan Google, Facebook, Microsoft dan nama dari negara barat. Tapi Alibaba dan Tencent.
Kedua perusahaan adalah musuh bebuyutan di negara China sendiri.
Keduanya raksasa teknologi yang awalnya menangani 1.4 miliar penduduk di CHina.
Drama
keduanya sekarang ada di Asia Tenggara. Mereka membawa dana begitu
besar untuk membantu perusahaan internet di Asia Tenggara
Asia
Tenggara telah lama menarik usaha di negara lain. Asia Tenggara
merupakan tempat tinggal dari 600 juta konsumen. 5 negara Singapura,
Indonesia, Thailand, Vietnam, Malaysia dan Filipina, berdiri dengan
pertumbuhan ekonomi dan meningkatknya konsumen di kelas menengah.
India
dan Asia Tenggara dimana penguna smartphone terus meningkat, sebagian
lagi tidak mengunakan PC tapi melompat untuk mengunakan tablet dan
smartphone.
Data
Google tahun 2015, Asia Tenggara setidaknya memiliki 260 juta penguna
internet, pada tahun 2020 diperkirakan meningkat mencapai 480 juta orang
mengunakan internet.
Tentu
saja peningkatan tersebut cukup besar, walau belum belum menandingi
negara di China sendiri yang memiliki 731 juta penguna internet.
Tetapi
angka tersebut tidak dikesampingkan oleh perusahaan raksasa. Termasuk
negara India yang saat ini sudah mencapai 1,4 miliar penduduk juga
menjadi pasar internet terbaik dan tempat berinvestasi perusahaan di
luar India.
Google
memperkirakan pertumbuhan pasar internet dibanding tahun 2015 dan
peningkatan di tahun 2025 menjadi 6,5x lipat. Pasar eCommerce atau
sistem belanja online akan naik dengan angka yang sama
Separuhnya berasal dari Indonesia sebagai negara dengan penduduk nomor 4 terbesar di Dunia.
Alibaba dan Tencent mulai memindahkan uangnya ke perusahaan raksasa di Asia Tenggara.
AlibabaAlibaba
menaruh dana ke Lazada sebesar $1 miliar di tahun 2016 lalu. Juni 2017,
1 miliar lagi diturunkan untuk mengambil kepemilikan 83% perusahaan.
Lazada baru mengambil perusahaan Redmart berbasis di Singapura sebagai perusahaan makanan.
Pemimpin
Lazada Max Bittner mengatakan, perusahaan Lazada akan memperluas bisnis
yang sekarang hanya ada di Singapura dan siap masuk ke pasar berbeda.
Disinilah pengalaman Alibaba benar benar masuk di dalam gaya Lazada.
Alibaba
berada di belakang nama Ant Financial untuk menangani keuangannya di
Asia Tenggara. Perusahaan lain Ascend Money Thailand, Mynt di Filipina,
Emtek di Indonesia dan M-Daq di Singapura.
Juni 2017, Alibaba mengelontorkan dananya untuk berinvestasi $50 juta untuk layanan asuransi online Compare Asia Group..
TencentMemilih
investasi jangka panjang, salah satunya di perusahaan media Sanook
Thailand. Sekitar $19 juta bersama perusahaan lain Ookbee.
Bila mengenal nama Joox adalah pesaing Spotify salah satu perusahaan mendapatkan dana tersebut.
Bila
ditanyakan apakah ada perusahaan lain yang akan mendapatkan modal dari
raksasa internet China. Daftarnya masih panjang dan belum dipublikasikan
atau tahap negosiasi.
Keduanya dikabarkan masih melakukan negosiasi untuk 12 perusahaan baru berbasis internet yang sudah ada.
Salah satunya investasi ke bisnis layanan
transpotasi online, dimana Alibaba menyiapkan dana $2 miliar akan terlaksana.
Go-Jek
setuju mendapatkan investasi dari Tencent dengan dana $1,2 miliar yang
belum diumumkan, dengan nilai Go-jek mencapai 3 miliar dollar pada bulan
Mei 2017.
Sekutu
strategis Tencent di bisnis online adalah
JD.com. Kabarnya sudah dekat
dengan Tokopedia yang sebelumnya mendapatkan dukungan dana dari
Softbank. Tapi Alibaba dikabarkan dekat dengan nama tersebut, mengingat
Alibaba hubunngannya sudah berlangsung lama dengan SoftBank.
Tencent di IndiaJuni 2017 lalu sedang melakukan pembicaraan dengan layanan taksi online Ola. Bila negosiasi selesai, Tencent akan menguncurkan dana $400 juta. Pendanaan Tencent untuk membantu Ola bersaing dengan Uber yang agresif di India. Ola mulai mencari investor untuk pendanaan. Mendapatkan $100 juta dari perusahaan Falcon Edge, Ratan dan Tata bulan Mei 2017. Ditambah $50 dari perusahaan Tekne Capital Juni 2017.
Ola memiliki layanan di 110 kota di India, sejauh ini Uber baru tersedia di 29 negara.
1 Agustus 2017, dari harian
CNBC. Konglomerat Jepang Softbank mundur
untuk memberikan dana ke Uber. Karena manajemen Uber sedang kacau dan
bertahan dengan Ola transporatasi online dari India yang lebih kuat.
Bagi
perusahaan yang sudah matang seperti layanan online di Indonesia.
Menjadi pilihan sulit untuk memilih calon mitra mereka di antara Tencent
dan Alibaba.
Sejauh
ini Singapura merupakan negara dengan perusahaan start-up paling
sukses. Tetapi dapat dilihat dari Indonesia mencapai angka terbesar
diantara 6 negara lain.
Alibaba
memiliki pengalaman sebagai layanan bsinis online di China. Menangani
sistem pembayaran online Alipay. Nantinya sistem tersebut dapat
digunakan untuk membeli dan menjual barang di seluruh dunia.
Ketika
perusahaan baru harus memilih disini yang membingungkan mereka. Di
China pernah terjadi ketika layanan transportasi online Didi akhurnya
mendapatkan 2 investasi dari kedua raksasa tersebut.
Bisnis transportasi online dengan raksasa internetJuli 2017. Didi dan Softbank mengalirkan dana ke Grab sebesar 2 miliar dollar. Grab ingin mengambil posisi penting layanan transportasi online di Asia Tenggara. Dana tersebut bukan dari perjanjian dengan vision Softbank, melainkan dari grup Softbank.
Dana baru untuk Grab diperkirakan memiliki 6 miliar dollar, 2x lipat dari dana yang didapat bulan September 2016, ketika Grab berhasil mendapatkan dana 750 juta dollar.
Intinya, perusahaan transportasi China Didi dan investor grup Softbank ingin Grab mengalahkan pesaingnya Uber di Asia Tenggara. Setelah Uber melepas bisnis ke Didi di China.
Grab beroperasi di 36 kota di Asia Tenggara, dimana aplikasi Grab telah di download 50 juta user dan 1.1 juta pengemudi taksi online.
Di beberapa negara Grab menyediakan layanan Carpooling, antar jemput dan taksi motor (ojek online)
Dibawah ini investasi perusahaan Didi, terbesar di China. Beberapa perusahaan lain adalah investasi Didi, termasuk Grab Indonesia
Carrem layanan transportasi online di Asia Tengah berbasis di Dubai UEA
Lyft Amerika dan Ola India tercatat Maret 2016
Taxify tahun 2015 layanan taksi di Eropa
99 transportasi berbasis di Brasil , Didi berinvestasi $100 juta.
Grab di Asia Tenggara, mencapai 2 miliar dollar dengan bantuan SoftBank
Uber yang terlambat datang di Asia, memiliki 2 pesaing yang menjengkelkan yaitu Grab dan Gojek. Dan Indonesia dipandang sebagai pemimpin pasar di dalam negeri
Uber sebenarnya mulai menguntungkan pada pertengahan tahun 2016.
Uber memperkuat pasar di India, setelah keluar dari China.
Sementara Grab mulai melakukan tambahan layanan dengan pembayaran dengan kartu kredit.
Indonesia diperkirakan menyumbang separuh pendapatan layanan berbagi kendaraan pada tahun 2025 nanti. Dan Grab melihat peluang bisnis antara sistem perbankan yang ketinggalan jaman.
Go-Jek lebih dahulu bermain dengan sistem pembayaran online sebelum Grab. Dan mendapatkan dana dari Tencent bulan Mei 2017.
Singapura
menjadi tempat ekosistem perusahaan internet. Dan terus menarik
investasi besar dari perusahaan asing termasuk dua raksasa tersebut.
Tencent
dan Alibaba adalah perusahaan terbesar yang mencari bisnis di bidang
e-Commerce, logistik dan teknologi. Tetapi JD.com mungkin nama yang
sering muncul di Indonesia, juga berpeluang hadir sebagai perusahaan
investasi di kawasan ini.
Layanan lain dari Mobike dan Ofo, keduanya memilih Singapura untuk ekpansi pertama ke luar negeri.
Nesta perusahaan logistik asal China mengambil perusahaan Global Logistic Properties di Singapura senilai $11 miliar.
Bagaimana raksasa barat di AsiaGoogle
dan Facebook telah mendirikan kantor di beberapa negara di Asia
Tenggara. Tetapi terbatas untuk penjualan, pemasaran, dan tidak
berinvestasi.
Google mengambil
tim Next Billion, untuk menciptakan produk baru di pasar negara
berkembang. Facebook dan Twitter masih sebatas penelitian riset pasar.
Facebook juga mencoba sistem pembayaran media sosial di Thailand untuk
mengeksporasi potensi perdagangan di jaringan media sosial.
Tetapi
tidak satupun raksasa perusahaan internet dari barat tertarik untuk
berinvestasi di Asia Tenggara. Hanya 2 raksasa Tencent dan Alibaba yang
mau berinvestasi dana sangat besar.
Apakah
menguntungkan bagi perusahaan internet di Indonesia. Seharusnya ya.
Karena cepat atau lambat globalisasi akan hadir di Asia Tenggara
termasuk Indonesia. Bila layanan di Indonesia telah siap, pasar dari
Indonesia lebih mudah melakukan pemasaran ke luar negeri. Produk dari
Indonesia lebih mudah masuk ke pasar internasional. Untuk pembelian online, pembeli di Indonesia yang harus jeli dalam membandingkan merek, kualitas barang dan harga yang ditawarkan.
Demikian juga sistem layanan transportasi online, setidaknya akan lebih baik dengan dana yang diberikan dari luar negeri.
Bagaimana sukses Xiaomi di pasar India. Tidak perlu marketing, walau
masuk sebagai pemain baru. Rahasia sukses menjual smartphone Xiaomi
adalah harga. Bulan April baru meluncurkan Mi 4, apakah akan sesukses Mi3 sebelumnya.