Mengapa setiap orang membeli camera berdasarkan merek.

Atau karena melihat hasil karya orang lain di website, Instagram atau Facebook ?

Dan terlihat si fotografer menenteng camera Canon, Nikon atau Sony, bahkan memperlihat camera kecil Fuji, Samsung dan merek lainnya.

Mengapa kita harus bertanya, pilih Canon Nikon Sony Panasonic Fuji Pentax Samsung bahkan kelas camera Leica?

Bagaimana perbedaan kamera digital Sony vs Nikon vs Canon, bagus yang mana. Pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab secara tepat.

Terlebih bila kita tertarik melihas karya foto dari seorang fotografer kelas dunia.

Kita tidak dapat membedakan antara mobil Bugatti, Lamborghini, Porsche, Ferrari, Jaguar dengan melihat tampilan depan.

Kecuali merasakan sendiri di belakang kemudi di masing masing kendaraan, Betul !


Sementara tidak mungkin kita mengetahui seperti apa dari supercar yang menurut kita terbaik, tercepat, dan ternyaman. Kecuali bertanya langsung kepada orang yang sudah mencoba.

Uniknya semua orang bertanya apakah saya harus membeli merek Canon, atau Nikon, Sony , Panasonic, Fuji dan merek camera lainnya. Mungkin seperti anda saat membaca artikel ini.
Artikel ini mengikuti apa yang didapat di sebuah media. Dan menemukan ada kecenderungan orang yang ingin membeli camera berdasarkan merek. Boleh percaya, boleh tidak, kenyataannya banyak yang mengangap sebuah merek bagus, walau kenyatan yang didapat berbeda.

Bila anda mengambil referensi foto di internet, oh ternyata
  • Merek A hasil fotonya lebih bagus
  • Merek B ternyata hasil fotonya paling berwarna
  • Merek C mendapatkan Like terbanyak artinya disukai aka fotonya menarik.

Tunggu , apakah anda sudah bertanya ke pembuat foto langsung ?

Apakah foto yang dibuat adalah foto yang dihasilkan langsung dari "Cameranya" ?

Apakah camera mahal yang dipakai memang menghasilkan foto yang bagus seperti itu ?

Apakah perangkat lensa yang mahal menghasilkan foto yang baik setidaknya lebih baik dari peralatan camera murah ?

Tentu tidak

Atau melihat data merek Sony paling bagus dan laku, atau merek Nikon yang lebih terkenal karena pengalaman, atau camera Canon menghasilkan foto juara dan penghargaan. Atau Fuji dengan camera kecil, banyak digunakan traveller.

Lalu mengatakan wah ini fotonya bagus, pasti cameranya bagus dengan melihat spesifikasi camera yang dipakai seharga 20 juta, 30 juta bahkan 100 juta. Dan ikut membeli camera tipe yang sama karena sudah melihat hasil foto yang menurut anda "terbaik". Lalu melihat data Exif yang menyebutkan foto dibuat dari tipe A seharga 20 juta dan lensa C 30 juta, foto yang ini dari camera B dan lensa tipe D. Total anda membeli semua peralatan yang sama.

Setelah anda membeli semua perangkat yang sama persis. Tapi berakhir....*(^*^*%%$%^*)((&* ???

Hasil foto yang anda buat biasa saja, tidak seperti si fotografer profesional. Ada yang salah dengan camera yang baru anda beli ?....

Bahkan hasil foto sama bahkan kalah bagus dari jepretan camera di kelas mumer teman anda yang harganya jauh lebih murah, hanya beberapa juta ? , atau camera model lama.

Ini cerita menarik dari kebiasaan orang melihat hasil foto dan ikut ikutan sampai menjadi fan merek pabrik camera. Cara seseorang menilai seperti di atas tidak salah, tapi tidak tepat. Karena dunia fotografi bukan urusan camera.

Anda tidak puas dengan camera 6 jutaan, karena merasa 6 juta tidak mampu membuat foto juara. Lalu membeli camera dan semua perlengkapannya seharga 30 juta, dan ternyata hasilnya hanya berbeda sedikit dari foto yang anda buat dengan camera murah. Bahkan hasil fotonya sangat jauh dari foto yang tampil dan menjadi juara dengan ucapan " WOW " dari fan.

Ibarat anda membeli mobil Porsche lalu menganti ke Bugatti yang harganya 20 miliar Sampai akhirnya anda mengatakan tidak ada bedanya di antara kedua kendaraan tersebut.
Karena hanya mencoba di kecepatan 250km perjam di tol Indonesia.

Demikian juga camera, memiliki fitur tersendiri dan dimana perangkat tersebut ditempatkan, dan posisi di kelas camera tertentu. Prosumer, Advanced sampai Pro.

Tetapi intinya sama, mobil memiliki fungsi untuk berkendara. Camera untuk mengambil gambar.... Itu saja.

Review tidak cukup

Jangan jatuh ke lubang kelinci di Youtube.
Karena foto camera bisa membanjir di dunia internet, memudahkan kita mencerna, tapi.
Ulasan dapat menghibur, menonton berjam jam untuk mengambil keputusan, belum tentu membantu kita.
Camera baru, teknologi baru, tapi itu marketing, kadang belum tentu dibutuhkan.

Apakah anda tahu perbedaan paling signifikan di setiap camera.
Disetiap model memiliki fitur berbeda, dari kelas paling murah dan paling mahal ada fitur unik yang ditujukan bagi kebutuhan pemakai.

Seperti perbedaan di kelas bawah dari seri Nikon D3000, D5000 dan D7000, apakah hanya berbeda nomor saja, tentu tidak. Pertanyaannya, anda tahu tentang ini.

Seri Nikon D5000 , D3000 atau lebih rendah hanya memiliki sensor tetap. Autofocus mengandalkan bagian lensa. Membuat focus foto sedikit lebih lambat dan ketergantungan dengan kecepatan lensa.
Nikon seri D7000 dan seterusnya sampai seri high end. Di unit sensor terdapat alat menyesuaikan fokus (internal focus) dan kalibrasi.

Intinya fokus tidak hanya dilakukan di lensa, tapi sensor ikut membantu. Termasuk sebagai setting untuk kalibrasi fokus antara lensa dan camera. Membuat camera lebih akurat untuk objek fokus dengan lensa tertentu. Hasilnya foto lebih tajam. Itu saja yang membedakan harga sebuah camera.
Untuk kecepatan, NIkon D7000 dan model lebih tinggi memiliki fokus point dan auto-focus lebih cepat dari model lebih rendah. Termasuk kecepatan procesor gambar, seperti Continue atau Burst, kan cameranya lebih mahal.

Bagaimana dengan Canon, secara umum semua model Canon dibantu dengan unit auto focus di bagian sensor.
Bagaimana dengan Nikon yang selalu disebut memiliki sensor lebih tajam.
Bagaimana dengan Sony, di model highend memiliki pengaturan unit sensor untuk akurasi autofokus sampai 4 sudut.
Bagaimana dengan seri camera Profeseiona seri 1 digit yang digunakan kalangan profesional yang harga bodi cameranya saja sudah W i h diatas puluhan juta

Fitur fokus camera tentu penting, karena menghindari camera mengambil gambar blur.
Apakah anda membutuhkan fitur tersebut, dan sudah mengetahui fungsinya ?. Kita baru berbicara tentang auto focus camera.

Kebalikannya, apakah anda sudah mengetahui. Bila camera mengalami masalah, rusak, jatuh, sirkuit rusak, apakah biayanya sama.


Semakin canggih, semakin mahal camera servis karena rumit, pengantian unit komponen semakin mahal.
Pengantian unit seharga 2 juta untuk model low end, 4 juta untuk model menengah pada kerusakan yang sama dan seterusnya.

Dan biaya servis berbeda, model high end dikenakan biaya lebih mahal. Alasannya di dalam camera high end lebih komplek untuk dibuka oleh teknisi, membutuhkan waktu lebih lama karena harus lebih teliti ketika di perbaiki. Umumnya harga komponen dan biaya servis 2x lebih mahal.

Apakah pernah bertanya ke servis center camera resmi, iseng iseng menanyakan saya punya tipe A123, mau dibersihkan atau di servis saja seperti membersihkan camera. Berapa biayanya ?
Atau camera akan aman aman saja sampai bertahun tahun atau sampai anda bosan. Tetapi ketika anda membawa camera, tidak sengaja nyemplung jatuh ke air, kena air di bagasi.
Mau diperbaiki akan bingung sendiri. Beli baru atau di servis.

Atau kita pernah memikirkan lensa tipe apa yang akan digunakan kedepan ?.
Bila anda membeli camera merek A, artinya anda harus mengunakan lensa merek A dan produsen merek lain dengan mounting lensa merek A.

Karena setiap merek camera mengunakan mounting (dudukan lensa ke bodi camera) berbeda.
Kita tidak bisa memindahkan lensa Canon ke bodi Sony, Fuji, Panasonic, Nikon dan sebaliknya.

Jangan lupa, ketika membeli lensa berkualitas. Harganya hampir sama dengan bodi camera pemula, tertinggi dapat mencapai 3x lipat harga bodi camera termahal sekalipun.

Disini dimulai cerita tentang perbedaan merek camera.
Fstopper pernah melakukan jajak pendapat menilai foto. Meminta para pembaca menebak dengan melihat secara visual (melihat dengan gambar dari website).


Ternyata yang memberikan pendapat mengatakan hal berbeda. Walau seluruh foto dibuat di studio, dan diatur agar terlihat sama dan identik.

Ini pengalaman menarik dari mereka yang mengunjungi situs khusus foto. Karena banyak pembaca sendiri masih tidak mengerti perbedaan antara hasil foto yang dipublikasikan.

Ceritanya diawali hasil pengujian pertama. Mengunakan camera papan atas / model high end ketika itu.
Dari Sony A7RII, Nikon D810 dan Canon 5DsR kelas profesional. Hasil foto yang diajukan.....membuat komunitas Sony kesal dan protes.

Katanya "tidak fair cara testnya". Mereka mengatakan lensa yang di pakai di camera Sony kacangan jadi hasilnya ngak bagus.

Media tersebut melakukan pengujian kedua, di ulang kembali tapi sedikit berbeda.
Tidak disebutkan tipe camera, Silakan tebak, foto ini dari camera apa.

Bukan lensa mahal, hanya disebut lensa Tamron 24-70mm sebagai lensa standar untuk prosumer.

Lalu meminta ke pembaca, mungkin termasuk anda saat ini, "Sekarang kamu yang pilih foto terbaik dari camera apa"

2500 pembaca (terakhir sudah 4000) diminta menebak foto terbaik dan merek camera yang dipakai.

Coba anda tebak ke 3 foto dibawah ini, mana yang terbaik, atau semuanya terlihat mirip saja. Atau mata anda bisa membedakan dari merek camera apa di 3 foto tersebut ?

Beda Canon vs Nikon vs Sony untuk kualitas foto dengan resolusi 
diatas 30Mpix

Anda bisa membedakan ke 3 gambar diatas. Bisa menebak dari kamera apa ? atau mengira semua diambil dari camera yang sama ?

Tapi apakah pendapat mereka akhirnya memberi penilaian yang sama seperti sebelumnya atau malah berbeda.

Apakah seluruh pembaca berhasil menebak dengan tepat dan membedakan ketiga foto tersebut. Dan mengetahui dari camera apa ke 3 foto diatas dibuat.

Hasil penilaian dari para pembaca yang melihat foto dibawah ini, lalu camera terbaik model / merek apa ?


Beda foto Canon vs Nikon vsSony

Anda lihat bagan ke 3 dengan proporsi tabel yang sama antara Sony, Nikon dan Canon. Semuanya sama saja.

Nah sekarang kita tahu, visual gambar dari foto asli yang dibuat camera tidak langsung membedakan dari camera apa foto dibuat.

Kecuali menanyakan langsung kepada pembuatnya.

Hasilnya semua camera mampu memberikan gambar terbaik di visual layar computer.
Setelah melihat hasil diatas, ternyata pembaca disana tidak bisa menjawab tepat dari masing masing foto tersebut.

Semuanya mirip dan sebagian dari mereka terkecoh menebak. Dan sebagian total menebak salah.

Pertanyaan selanjutnya, gambar yang menurut mereka terbaik, jawabannya juga berbeda beda.

Kurang dari separuh pembaca gagal menebak, dan tertinggi hanya 47% memberikan jawaban benar. Bahkan bila di total untuk 100% jawaban, yang tepat menjawab 1/3 saja benar.

Artinya hanya 1/3 orang yang bisa menentukan dari camera apa ke 3 foto tersebut. Menjadi pertanyan lain, jangan jangan sebagian hanya kebetulan menebak tepat atau kebetulan tebakannya benar. Sisanya salah.

Mengapa semua berbeda pendapat ?
Ketika foto tampil di website, gangguan noise relatif hilang dan tidak tampak pada layar monitor atau smartphone. Karena gambar dikecilkan dari resolusi foto aslinya akan terlihat lebih tajam.

Tentu ukuran file foto akan berbeda bila di cetak seperti mencetak ukuran besar atau di zoom dengan kualitas foto asli.
Ketika foto dikecilkan seukuran layar computer, disini sebagian orang tidak bisa membedakan.

Artinya foto ukuran website atau foto yang tampil media sosial terlihat mirip. Jadi tidak terlihat mana foto yang baik dan rendah noise, dan foto apa yang lebih bersih. Terlebih foto yang diabadikan langsung dari camera dan tidak di edit dengan software foto editing.

Hal lain
  • Masing masing produsen camera memasangkan fitur unik, seperti mengambil apa yang camera inginkan atau yang tidak. Tetapi apa yang tertangkap di sensor, semua foto hampir identik.
  • Hanya  proses kedua dilakukan masing masing engine procesor camera akan menghasilkan foto berbeda.
  • Dengan lensa yang sama, dan gambar diterima oleh sensor camera. Hasilnya tentu saja sama.

Procesor camera pernah di keluhan oleh penguna camera Sony.

Sony memiliki internal reduction noise agar hasil foto terlihat bersih dan bebas noise.
Camera untuk foto portrait memang baik, karena membuat foto akan tampak halus.

Dari kalangan astrofografer (foto astronomi), kemampuan camera Sony berbeda
Mereka mengatakan gambar cahaya bintang ikut di bersihkan oleh engine procesor di proses camera itu. Mengapa mereka protes bila gambar tampak lebih halus.
Tentu saja, bagi penguna biasa atau foto potrait melihat foto kulit yang halus tanpa jerawat dan lubang pori pori akan lebih baik.

Bagi kalangan astrofotografi melihat sebuah titik kecil noise di foto bukan Noise (gambar kotor).
Itu adalah bintang yang perlu ditampilkan dalam sebuah foto. Dan setiap pixel adalah detil debu dari antariksa.
Jadi kebalikannya, di astronomi malah yang dicari adalah noise karena itulah yang mereka abadikan.

teknologi camera Sony Star Eater
Gambar diatas pengujian dari Michael Frye. Dia mencoba camera Sony yang disebutkan "fitur Star Eater" , alias camera menghapus otomatis setiap titik pixel dan dianggap noise

Selesai sampai disini, teknik pengolahan  foto hanya dikenal oleh kalangan pro-amatir sampai antusias. Tapi bagi penguna baru dan masyarakat umum mungkin tidak terlalu jeli melihat perbedaan sebuah foto.

Yang berbeda disini.

Dunia fotografi profesional seperti fashion, fotographer studio termasuk, bidang foto produk dan lainnya dimana fotografer menjadi sebuah profesi.

Disanalah memiliki kualitas berbeda, karena hasil gambar untuk website akan berbeda untuk gambar repro kelas profesional. Kualitas gambar sepenuhnya diperlukan, karena foto untuk diperbesar seperti cetakan dalam bentukpameran seni, majalah atau poster. Sampai alat kalibrasi warna foto agar akurat di monitor yang juga dibuat khusus untuk monitor foto editing.

Endingnya tidak berujung.
Kembali ke jajak pendapat media fotografi. Sebagian orang tetap menentang apa yang dikatakan tim media tersebut. Mereka mengatakan foto tetap berbeda antara camera atau kombinasi pemakaian lensa mahal dan murah.

Gambar akan berbeda ketika tampil di website, kata akhirnya "berbeda". Nah ini susah mengatakannya bila yang melihat foto masih "ngotot" dengan argumen gaya amatir.

Lagi lagi masih banyak yang terkena marketing Gimmick alias perkataan dari produsen atau orang yang hanya melihat gambar dari website. Nyatanya hasil foto langsung dari camera mirip mirip saja tuh.

Kutipan terakhir dari komentar Fstoppper seperti ini

"konyol" bila nanti akan muncul sensor camera 250 megapixel. Dan konsumen hanya jatuh ke mitos Gimmick, yang menyebut resolusi sensor tinggi menghasilkan foto lebih baik. Resolusi sensor camera mahal dan murah tidak berpengaruh dengan keindahan foto bila tampil di website atau media sosial saja. Semua foto yang dikecilkan akan terlihat mirip saja.

Selesai.

Itulah hasil penilaian di media online. Foto yang baik bukan dari camera, jadi kita tidak dapat melihat sebuah merek camera dan menjamin menghasilkan gambar yang terbaik juga.

Foto dari camera membutuhkan proses lebih lanjut, dan membutuhkan keahlian dari seorang fotografer dalam mengatur tata letak warna.

Selanjutnya editing foto yang menentukan foto indah di era digital adalah rahasia dari fotografer profesional