Simulasi superkomputer pertama di dunia memprediksi kapan kepunahan manusia di Bumi akan terjadi.
Ini tidak baik bagi umat manusia, tapi setidaknya manusia masih memiliki banyak waktu.
Meskipun penelitian ilmiah mutakhir sering membawa inovasi dan penemuan yang disambut baik, mulai dari terobosan pengobatan medis baru hingga kemajuan besar dalam komputasi, hal ini juga menghitung Bumi sebagai tempat pesimis. Harapan kedamaian di Bumi tidak selaras dengan perkiraan kita.
Manusia dapat memperbaiki kondisi Bumi di masa depan, tetapi Bumi tidak terlalu ramah bagi manusia dalam rentang ratusan juta tahun lagi.
Jika kita ingin melihat cukup jauh ke masa depan dan mencoba mencari tahu apa yang akan terjadi pada planet kita, mungkin kita tidak menyukai apa yang diprediksi supercomputer.
Jauh sebelum Bumi hancur ditelan oleh matahari, setidaknya beberapa miliar tahun nanti.
Ketika matahari labil dan mulai membengkak dan terus membesar, dihitung antara miliaran tahun nanti.
Bumi sendiri memiliki periode kurang menyenangkan dan terjadi lebih cepat dalam dibandingkan miliaran tahun sebelum matahari akhirnya tidak lagi melindungi Bumi, dan berbalik sebagai ancaman.
Fakta lainnya, para peneliti di Universitas Bristol menerbitkan sebuah di akhir tahun 2023.
Mereka telah mengetahui bagaimana sebagian besar kehidupan di Bumi akan berakhir.
Prediksi menggunakan superkomputer dengan mengolah semua jenis data geologi dan atmosfer, dan hasilnya bergantung pada perubahan lempeng tektonik di Bumi.
Dimana daratan yang terbentuk dari lapisan besar yang membentuk permukaan planet kita sendiri.
250 juta tahun laluLempeng Pangaea, 225 juta tahun lalu sebenarnya satu bagian.
Memasuki 200 juta tahun lalu mulai melepas dan sebagian mulai berpisah mengarah ke benua saat ini.
Sampai 65 juta tahun lalu, dimana benua Afrika lepas dari Eropa, Amerika Latin lepas dari Afrika dan tersambung ke benua Amerika yang terlepas dari benua Eropa.
Daratan India berasal dari daratan Afrika, tapi terus bergerak, tapi bergerak ke arah berbeda dan menuju Eurasia dan sekarang disebut Asia
Australia lepas sebagai benua sendiri, dan Indonesia lepas dari benua Asia sebagai kepulauan
Tidak mengherankan bila lempeng teknonik di Indonesia di tandai dengan banyaknya gunung apa dan pulau.
Seperti yang kita lihat saat ini lempeng di negara India menabrak benua Asia.
Dan terus mendorong naik daratan di benua Asia, dampaknya membuat garis pegunungan Himalaya, dan pengunungan tersebut terus terangkat dan terdorong semakin tinggi.
Kondisi benua saat ini, memiliki pembatas dari lempeng dengan garis merah.
250 juta tahun ke depanLempeng benua terus bergerak, walau perlahan tapi pasti.
Menurut data penelitian ini, semua lempeng benua pada akhirnya kembali bergabung menjadi satu benua super besar seperti dulu.
Benua tidak dinamai Asia, Amerika, Australia, Eropa, Afrika
Dinamakan benua baru yang disebut Pangaea Ultima.
Nama tersebut diambil dari nama Pangea pertama sebagai lempeng tektonik di awal benua lahir.
Dan terpecah menjadi beberapa benua seperti saat ini dan itu terjadi ratusan juta tahun yang lalu.
Bila semua benua akhirnya menyatu, mungkin manusia di masa depan dapat saling terhubung ke seluruh daratan.
Tapi perkiraan tersebut tidak semudah yang kita bayangkan, ada dampak dari sebuah benua yang sangat luas.
Berbicara tentang hasil tersebut, Dr Alexander Farnsworth dari tim peneliti menjelaskan: Superbenua yang baru muncul secara efektif menciptakan tiga dampak buruk
Terdiri dari efek kontinental, matahari yang lebih panas dan lebih banyak CO2 di atmosfer/
Dampak yang besar dengan meningkatkan panas di sebagian besar planet ini.
Mirip seperti benua Afrika Sahara sebagai wilayah tandus terbesar di dunia, urun Australia nomor 2 terluas, gurun Gobi, gurun rub Al Khali, gurun Kyzylkum, gurun Thar, dimana bagian tengah daratan menjadi gersang, tandus dan panas.
Tapi tidak terbayangkan bila semua benua menyatu, sebesar apa daratan yang gersang nanti.
Sepertinya hal ini akan menghasilkan iklim yang sangat luas dan sangat gersang, sdengan suhu 40 dan 50 derajat Celcius di beberapa wilayah yang sangat luas, dikombinasikan dengan tingkat kelembapan yang tinggi.
Kelembapan ini berarti kemampuan kita layaknya kita berkeringat sehingga menurunkan suhu tubuh akan sangat berkurang, sesuatu yang diyakini tim peneliti akan berdampak pada sebagian besar mamalia.
Studi tersebut memperkirakan, antara 8 hingga 16 persen dari keseluruhan daratan benua baru Pangaea Ultima dapat dihuni, namun wilayah ini akan menjadi lingkungan yang brutal untuk ditinggali.
Tempat lain yang jauh lebih besar terlalu panas untuk mahluk hidup dengan dampak iklim yang berbeda seperti sekarang.
Seperti perkiraan di masa mendatang, semua benua akan menjadi satu kembali.
Tapi prediksi iklim, dimana dibagian tengah benua menjadi sangat panas.
Dibawah ini bentuk benua yang tersambung menyatu, dan kalkulasi panas terjadi di bagian tengah daratan.
Gambar menunjukan titik oranye adalah warna dari suhu diatas 30 deg.C, dan sebagian daratan dapat mencapai 40-50 deg.C
Jika kondisi alam semua di atas belum cukup.
Penelit juga menyebut pertemuan lempeng tektonik dapat menyebabkan lonjakan aktivitas vulkanik yang sangat besar dan berkepanjangan (dan pembentukan gunung berapi baru yang sangat besar).
Jika itu semua terdengar seperti berita buruk (dan memang demikian), sebenarnya ada beberapa hikmah yang dapat diambil.
Pertama, penelitian mengatakan kondisi ekstrem Bumi akan terjadi dalam waktu sekitar 250 juta tahun kedepan, merupakan masa depan yang sangat sulit dibayangkan.
Kedua, hal ini tidak berarti umat manusia mempunyai waktu yang lama.
Mungkin manusia sudah tidak banyak tinggal di Bumi, dan koloni luar angkasa baru dan pangkalan di Mars sudah dapat dilakukan dalam beberapa tahun lagi.
Jadi tidak ada yang bisa menebak dengan pasti, apakah manusia akhirnya pindah dari planet Bumi, bagaimana peradaban kita pada akhirnya harus mampu meninggalkan Bumi.