Science | 25 February 2024

Bintang melintas di dekat tata surya dua sudah lewat nanti satu lagi

Tata surya kita di hitung dari titik tengah yaitu Matahari sebagai pusat.
Mundur ke belakang dengan beberapa planet termasuk Bumi, dan paling belakang planet Pluto.

Satu cincin asteroid disebut sabuk, yang kita kenal dengan sabuk Asteroid.
Berada di belakang planet Mars dengan bentuk cakram mengelilingi tata surya

Jauh setelah Pluto, ada lagi sabuk kedua dan jauh lebih luas dan lebih besar.
Disebut Oort Cloud atau awan Oort, disana lebih banyak batuan kecil tapi dalam bentuk es. Termasuk beberapa asteroud dengan bentuk batuan besar.

Bedanya, bentuk awan Oort seperti bola, dan menutup tata surya kita.
Disebut sebagai sisa dari pembentukan tata surya dan bergeser ke bagian tepi.
Oort Cloud menjadi batas dari elemen tata surya, walau di belakangnya mungkin masih ada lagi, tapi belum diketahui.
Keluar lebih jauh dari Oort, disebut ruang antar bintang, batas dari kekuatan magnet matahari yang melemah dan bertemu batas kosmik dari bintang bintang lain.

Semua bintang yang kita lihat, seakan semua mengorbit dan mengelilingi inti galaksi.

Tapi tidak semua, ada beberapa bintang yang diketahui tidak mengikuti orbit ke tengah galaksi.
Entah ada hal lain, seperti bintang atau planet yang terdorong di tata surya lama mereka, atau terlempar dari sistemnya.

Ceritanya, peneliti melihat ada satu jejak, sekitar 500 ribu tahun sebuah bintang yang lepas bebas, dan melintas di sekitar awan Oort tersebut.

Dan tidak hanya satu, tapi jarak lintasan sangat jauh mencapai 1 tahun cahaya dari tata surya.
Walau jauh, namanya bintang yang bergerak diluar orbit serta bergerak bebas, dapat menganggu tata surya di dekatnya.

Astronom Igor Yu Potemine di Université Paul Sabatier di Perancis, dan rekan-rekannya memutuskan untuk mencari kemungkinan bintang-bintang “yang melintas dekat” dan apa yang disebut bintang-bintang “Nemesis”.

Alat yang digunakan adalah kumpulan data dari SIMBAD (data base bintang), berisi paralaks bintang terbaru dan gerakan diri dari satelit Gaia milik ESA.

Mereka menemukan sejumlah kandidat yang mungkin, sekali lagi mungkin, karena periodenya memang sangat lama.

Bintang-bintang ini melayang dekat dengan bagian luar Awan Oort dan melintas keluar kembali ke ruang antar bintang.
Lintasan bintang dapat memicu gangguan gravitasi yang menyebabkan batuan bergeser, dan kunjungan komet ke bagian dalam Tata Surya selama miliaran tahun terakhir.
Jadi ada pergeseran di sekitar bagian luar tata surya, lalu memicu asteroid yang awalnya stabil mengorbit akhirnya bergeser dan mulai bergerak secara acak.

Penting dicatat, pengaruh gravitasi dari planet-planet raksasa, serta Galactic tide juga dapat mengganggu objek di Awan Oort.
Untuk tujuan penelitiannya, Potemine membatasi pencariannya dengan bintang-bintang terdekat sebagai kandidat yang pernah menganggu orbit benda beda di Awan Oort.

Bintang dan wilayah Awan Oort.
Ilustrasi sebuah bintang melintas yang disebut bintang Scholz.
70 ribu tahun lalu, pernah melintas sangat dekat di tepi bagian luar tata surya.

Bintang yang pernah melintas dekat ke tata surya

Saat kita melihat bintang mana yang dapat menyebabkan kawanan komet dari wilayah Awan Oort berubah.
Ada beberapa kandidat bintang yang muncul di benak kita. Sejauh ini dari rentang waktu ada 3 bintang.

Yang pertama sebagai bintang Nemesis.
Bintang tersebut memiliki ukuran bintang katai atau bintang kerdil, ukuran jauh lebih kecil dari matahari.
Sepertinya bintang tersebut pernah melintas antara 25-40 juta tahun lalu, tetapi lintasannya terlalu dekat.
Setelah bintang kerdil melintas, dimulai gangguan orbit asteroid dan memicu orbit dari gerakan asteroid dan komet bergeser.
Sampai saat ini kita melihat hujan meteor atau komet yang melintas keluar masuk di sekitar Bumi.

Para astronom terus mencari kandidat musuh bebuyutan matahari ini, meskipun pencarian belum mengidentifikasi.
Mereka juga mencari bintang lain yang secara berkala berada terlalu dekat dengan Tata Surya bahkan melewati wilayah dalam Awan Oort.

Bintang yang dianggap sebagai Nemesis, sekitar 70.000 tahun yang lalu, bintang Scholz dan bintang pendampingnya diperkirakan pernah melewati batas luar Tata Surya kita

Wilayah Awan Oort/luar tata surya sebagian besar masih belum diketahui.
Ini bukan hanya satu awan monolitik, melainkan beberapa wilayah dengan populasi badan komet es.

Tepi luar wilayah tersebut bisa saja lebih luas jauh ke belakang bahkan terbentang 3,2 tahun cahaya dari posisi Matahari.

Di dalam Awan Oort terdapat Sabuk Kuiper yang juga berisi benda-benda komet dan populasi dunia kecil seperti Pluto, Eris, Makemake, dan lain-lain.
Bentuk batuan yang lebih kecil tersebut tidak sempurna seperti ukuran planet, tapi memiliki ukuran sangat besar.

Ada juga semacam populasi perantara objek komet yang diperkirakan ada di antara awan Oort dan Sabuk Kuiper, kadang-kadang disebut sebagai Hill Cloud.

Wilayah ini mungkin berisi lebih banyak komet dibandingkan Awan Oort yang sebenarnya. Jadi, ada banyak materi “di luar sana” yang dapat diganggu bintang-bintang yang lewat, dan kemungkinan besar materi tersebut sudah ada dalam miliaran tahun sejak Tata Surya lahir.

70.000 tahun yang lalu, bintang Scholz adalah sebuah bintang kerdil / katai merah, ketika melintas hanya berjarak sekitar 1 tahun cahaya dari Tata Surya kita.
Hal ini bisa saja mengganggu Awan Oort. Isitlahnya ketika manusia modern pertama ada yang disebut jaman manusia Neanderthal masih ada.

Salah satu kandidat Nemesis adalah bintang Scholz ini.
Kemungkinan bintang katai merah ini kemungkinan besar menyerempet tepi Awan Oort sekitar 70.000 tahun yang lalu
Bintang Scholz sebenarnya ada 2 bintang, satu bintang kembarnya yang lebih kecil tipe bintang katai coklat.
Sekarang bintang Scholz berada 22 tahun cahaya dari matahari.

Apakah bintang Scholz yang pernah paling dekat melintas.
Ada satu lagi kandidat bintang G HD 7988.
Saat ini sudah berjarak 247 tahun cahaya dari Bumi.
Tapi pernah melintas dekat ke wilayah tata surya pada 2,8 juta tahun lalu.

Yang masalah apakah ada bintang lain yang akan lewat, bukan yang sudah melintas.

Satu bintang Gliese 710 diperkirakan akan melintas dengan jarak 10.520 AU (satuan jarak matahari ke Bumi).
Setara jarak paling dekat sampai 10.000 AU lebih (10.000x jarak matahari ke Bumi)
Sangat jauh, dibanding orbit Pluto ke matahari mencapai 39 AU.

Tapi nanti sekitar 1,29 juta tahun ke depan.
Bintang Gliese 719 memiliki kandidat sangat besar untuk melintas di area awan Oort.
Dengan jarak tersebut hanya 0,166 tahun cahaya, bandingkan bintang paling dekat ke Bumi adalah Proxiama Centuri yang berjarak 4,2 tahun cahaya.

Gliese 710 memiliki peluang yang sangat besar untuk melewati Awan Oort, yang berarti dapat mengganggu Awan Oort.
Dampaknya di masa mendatang, dapat mengirimkan hujan komet menuju Matahari selama jutaan tahun.

Beberapa peneliti memperkirakan hal ini dapat menghasilkan sekitar 10 komet yang dapat dilihat dengan mata telanjang per tahun.
Jauh dari sekedar pencarian komet di masa lalu, perburuan bintang yang melintas dekat Matahari juga bisa memprediksi masa depan yang menarik bagi para pengamat di Bumi, setidaknya bagimana nasib kita ribuan atau jutaan tahun dari sekarang.

Bagaimana astronom tahu ada bintang yang pernah lewat dan akan lewat.
Data satelit Gaia memetakan data lintasan bintang, setidaknya yang ada di sekitar matahari.

Artikel Lain

Ada 3 bintang tapi jaraknya saling berdekatan. 2 bintang biner saling mengorbit kurang dari 2 hari. Tapi satu lagi bintang yang mengelilingi bintang kembar tersebut setiap 25 hari sekali. Hal unik ketiganya memiliki rentang orbit seperti jarak Matahari ke Merkurius

Bintang R Doradus menjadi penelitian pertama dimana para astronom dapat melihat gelembung plasma dari sebuah bintang yang jauhnya 180 tahun cahaya dari Bumi. Berbeda dengan banyak ilustriasi, bintang raksasa merah hanya membesar. Tapi sekarang dapat diketahui, ketika bintang mencapai tahap akhir hidupnya, ada gejolak yang disebut gelembung plasma

Awan Smith Cloud berada di sisi bawah galaksi. Molukuler gas dan debu raksasa tersebut suatu hari menabrak galaksi Bima Sakti. Awalnya mencari letak awan tersebut jatuh, tapi tidak dapat disimpulkan. Malah menemukan jawaban lain ketebalan galaksi Bima Sakti.

Astronom mulai melihat kemungkinan teori zona habitat di kesampingkan. Tidak semua tata surya memiliki posisi seperti Bumi yang tepat. Bisa saja planet memiliki air tapi dibawah permukaan es. Membuka peluang 100x lebih besar menemukan planet yang layak huni.

Bentuk umum bintang baru lahir dapat membentuk cincin sebagai protoplanet. Tapi di bintang d203-506 sepertinya terganggu, sampai cincin bintang tidak sempurna. Mengapa disk yang akan menjadi planet dapat terganggu. Disini kondisi area pembibitan bintang yaitu nebula Orion

Galaksi ZF-UDS-7329 disebut memiliki pergeseran cahaya Redshift Z11. Rata rata galaksi di jaman tersebut berukuran keci. Tapi ZF-UDS-7329 ditemukan sudah berukuran sangat besar, seperti galaksi Bima Sakti. Tidak diketahui penyebab, mengapa ada galaksi begitu besar.

Galaksi ARP 271 saat ini saling tarik menarik. Hubble melihat seperti ada jembatan diantara kedua galaksi. Dimana memicu aliran debu dan gas, sampai memicu lahirnya bintang muda baru berwarna biru.

Planet LTT9779b memiliki beberapa keunikan planet sejenis. Ukuran 4x lebih besar dari Bumi, kategori Neptunus tapi posisi tidak biasa dekat ke Bintang. Atmosfer planet ini seperti cermin memantulkan cahaya bintang, bahkan suhu planet mencapai 2000 deg C. Mengapa seperti cermin di atmofer planet, peneliti memberi jawaban.

Tim astronom MIT menemukan sebuah planet yang ditelan bintang ZTF SLRN-2020. Sebuah bintang yang sekarat, karena sudah berusia 10 miliar tahun. Sekarang dalam posisi membesar sampai mendekat ke sebuah planet seukuran Jupiter.

Seperti sensus bintang, teleskop Gaia mencatat 1,8 miliar bintang di galaksi kita telah dipetakan. Ternyata bintang biner di galaksi Bima Sakti sangat banyak, mencapai 800 ribu bintang biner telah ditemukan. Arah gerakan bintang juga dapat diketahui arahnya.

Sebuah planet yatim dapat terjadi ketika dimulai pembentukan tata surya. Dan planet tersebut terlempar keluar dari orbit tata suryanya sendiri. Berapa banyak planet tersebut ada, peneliti mengatakan jumlahnya mencapai miliaran. Data diumumkan Desember 2021, sudah 70 planet

Di tahun 1987 astronom mendapatkan cahaya di sebuah galaksi kerdil. Yang dinamai nebula 1987A berbentuk cincin, menjadi jejak bintang meledak dan mati. Tetapi ada pertanyaan, dimana sisa bintang tersebut, mengapa tidak terlihat. 30 tahun berlalu peneliti dapat menganalisa, mungkin bintang neutron tidak dapat diamati karena tertutup debu yang tebal. Dan sekarang lokasinya dapat diperkirakan.

Sebuah planet TOI-561b sebagai kandidat planet tertua yang ada di galaksi Bima sakti. Perkiraan usia planet dan bintang dari tata surya TOI-561b sudah ada sejak 10 miliar tahun lalu. Melihat massa planet batuan tersebut lebih ringan. Untuk usia Matahari, Bumi serta planet lain di tata surya baru terbentuk 4,5 miliar tahun lalu.

Astronom telah mengamati sistem tiga bintang tapi yang uniknya karena tidak mengorbit seperti biasa. Melainkan melengkungkan dan membelah cakram planetnya menjadi bentuk baru yang aneh dan banyak cincin. Setidaknya ada 3 ring dari tata surya ini dapat terlihat. Mengapa cincin ditengah hilang, 2 hipotesa dari astronom

Jupiter adalah raja planet di tata surya kita. Tapi di tata surya Kepler 88, planet seukuran Jupiter hanya di urutan kedua. Kepler-88d memiliki ukuran 3x lebih besar dari Jupiter. 3 planet dari Kepler-88b, Kepler-88c dan terbesar Kepler-88d saling mempengaruhi orbit planet dengan gravitasinya.



Youtube Obengplus


Trend