Science | 30 December 2023

Planet layak huni analisa gas karbon tipis dan biomassa lebih mudah


Sejak astronom menemukan planet pertama kali dan berada di luar tata surya. Pada tahun 1992, planet pertama tersebut tidak seperti yang diharapkan.

Sebuah bintang pulsar PSR B1257+12, yang berjarak 2.300 tahun cahaya dari Bumi.
Ditemukan 2 planet, dengan ukuran 3 kali dan 4 kali lebih besar dari Bumi.
Tapi berada di lingkungant idak ramah, bintang pulsar adalah bintang mati, dan mengeluarkan radiasi.
Dan kedua planet di bombardir oleh radiasi bintang induknya yang telah hancur.

Sejak penemuan planet pertama tersebut, misi teleskop Kepler bertugas mencari planet dengan metode transit.
Telah meemukan 1000 planet lebih dan jumlahnya terus bertambah.
Teleskop Kepler menditeksi sebuah planet bila sedang melintas di depan bintang induknya. Ketika cahaya terhalang dan data dikumpulkan.
Tetapi metode transit tersebut hanya mengukur bagian utama seperti menghitung berapa lama orbit planet, dan ukuran planet.

Banyak planet yang ditemukan, tidak layak atau tidak mungkin kehidupan berkembang.
Mencari planet layak bagi kehidupan, masih mengunakan teori lama karena terbatasnya teknologi.


Analisa posisi planet, apakah planet cukup panas dimana air mencair.
Ukuran planet setidaknya tidak terlalu besar atau terlalu kecil, setidaknya terditeksi ada air.
Planet harus berbatu dan bukan planet gas agar mendukung kehidupan di luar tata surya kita.
Analisa lain yang membantu, seperti rotasi orbit planet, dimana planet memiliki putaran yang tepat dan tidak terkunci ke bintang induk.
Astronom lain mengatakan sebaiknya mencari planet di sekitar bintang kerdil atau katai merah. Umumnya planet yang ditemukan lebih dingin dan bintang disana tidak panas.

Sampai saat ini masih sangat sedikit planet yang ditemukan mirip bumi atau diperkirakan sebuah planet mampu mendukung kehidupan.
Itupun berdasarkan analisa data teleskop, kadang analisa lebih lanjut, penemuan sebuah planet yang baik bisa berbeda.
Kadang diteliti lebih lanjut, beberapa planet malah tidak mencapai kata layak huni. Terlihat memiliki cahaya biru ternyata bukan air.


Semua terbatas dengan apa yang di analisa para ilmuwan.
Keterbatasan teknologi hanya dapat menyimpulkan, posisi sebuah planet berada di zona habitat untuk mendukung kehidupan.

Tapi itu tidak menjamin sebuah planet menjadi tempat layak huni, walau di sebutkan sebuah planet yang ditemukan memiliki kandungan gas yang terditeksi.
Walau semua sudah tepat, kadang ada saja yang salah. Seperti beberapa planet ditemukan, ternyata tidak seperti data analisa awal.

Perkembangan teleskop JWST dapat membantu para astronom untuk mencari tanda-tanda lain.
Yaitu gas yang terkandung tapi dengan komposisi diluar teori sebelumnya. Disinilah analisa dapat berubah dan peneliti lebih mudah mendapatkan apa yang terkandung di sebuah planet.

Peneliti dari MIT dan Universitas Birmingham (UB) mereka telah memecahkan formula untuk mendeteksi planet layak huni dengan menggunakan teknologi yang tersedia saat ini.

Semua ada hubungannya dengan tingkat karbon dioksida dan gas ozon di planet ekstrasurya.

Ada banyak pembicaraan, bagaimana peningkatan kadar karbon dioksida di atmosfer dibumi berkontribusi terhadap pemanasan global.
Tapi teori ini dapat digunakan untuk melihat sebuah planet dengan kandungan gas berbeda dan layak huni.
Memiliki tingkat gas tertentu yang sangat rendah dibandingkan dengan planet lain yang kurang layak huni seperti Venus.

Sebanyak 96,5% atmosfer planet tersebut terdiri dari gas yang dapat di analisa.

Mars memiliki atmosfer yang mengandung 95% CO2. Manusia tidak dapat bernapas di planet tanpa oksigen / O2.

Venus sepertinya mirip dengan Bumi, ukuran boleh sama.
Tapi pada tingkat atmosfer karbon mendominasi di planet Venus.
Posisi Venus juga tidak layak, karena panas.

Bumi mempunyai konsentrasi karbon dioksida di atmosfer hanya sebesar 0,04%.
Lautan memhantu menyerap sekitar 80% karbon dioksida di planet bumi.


Planet layak huni analisa gas karbon

Fakta tentang Bumi, mendorong peneliti mengembangkan metode baru untuk mengidentifikasi exoplanet (planet di luar tata surya kita) yang mungkin memiliki air cair bahkan oksigen.
Caranya dengan mencari tingkat karbon dioksida rendah di atmosfer sebuah planet.

Secara khusus, peneliti mengusulkan dengan menggunakan tata surya kita sendiri sebagai model.

Planet yang telah ditemukan dan memiliki data.
Dapat disusun dengan mengelompokan planet yang berada dalam jarak tertentu dari bintangnya, dimana air memuungkinkan dalam bentuk cair.
Artinya planet dengan posisi lebih hangat seperti bumi, cukup panas dan air tidak membeku.

Bila posisi sudah tepat, hal utama dengan melihat komposisi gas yang ada di atmosfer planet.

Kemudian, melakukan analisis atmosfer di dunia-dunia di luar bumi tersebut lebih rinci.

Bila planet-planet yang di teliti memiliki karbon dioksida atmosfer lebih rendah dibandingkan planet-planet lainnya.
Kemungkinan besar kandungan gas yang ada di atmofer tersebut terperangkap dimana dunia tersebut mungkin ada perairan yang luas, kata mereka Dr Julien de Wit, Asisten Profesor Ilmu Planet di MIT dan salah satu pemimpin studi ini menjelaskan.

Bagaimana teori tersebut dianalisa.
Kehidupan yang ada di Bumi menyumbang 20% dari jumlah total CO2 yang terperangkap, dan sisanya sebagian besar diserap lautan.
Di planet lain, jumlah ini mungkin jauh lebih besar.

Salah satu tanda adanya konsumsi karbon di dapat dari jejak biologi (kehidupan purba sampai modern) dengan emisi oksigen.
Misal disana terdapat kehidupan tanaman, maka disana akan terbentuk oksigen. Karena tanaman menyerap gas CO

Oksigen dapat berubah menjadi ozon (O3), dan ternyata ozon memiliki ciri yang dapat dideteksi tepat di samping CO2.

Jadi, mengamati 2 gas utama yang ada di atmofer, karbon dioksida dan ozon secara bersamaan dapat memberikan informasi bila sebuah planet dengan menceritakan sejarah kelayakan huni, juga jejak keberadaan kehidupan di planet tersebut.

Planet layak huni analisa gas karbon tipis dan biomassa lebih mudah

Salah satu bagian yang sangat menarik dari teori ini, kata tim peneliti, kemampuan Teleskop Luar Angkasa James Webb dapat mengukur karbon dioksida di planet-planet yang diamati, seperti yang dilakukan pada bulan planet Jupiter, Europa, tahun 2023.

Salah satu bulan di Jupiter, dinamai Ganymede.
Pada dasarnya bulan tersebut mirip sebuah planet dengan ukuran diameter 5,268km dan lebih besar dari planet Merkurius.
Tapi tidak mengorbit langsung ke matahari, hanya mengorbit ke planet Jupiter.
Di Ganymede terdapat kandungan gas CO2, tapi terperangkat dengan molekul lain yaitu es sekitar 1%. Yang lain ada di bagian mineral dan garam.

Kunci dalam ilmu pengetahuan tentang planet ekstrasurya adalah mencari dunia yang layak huni, dan keberadaan kehidupan.
Namun semua fitur telah dibicarakan sejauh ini berada di luar jangkauan observatorium terbaru, kata rekan penulis studi Julien de Wit. asisten profesor ilmu planet di MIT.

Sekarang kita punya cara untuk mengetahui apakah ada air cair di planet lain.
Dan itu bisa kita capai dalam beberapa tahun ke depan.

Air tidak sama dengan kehidupan
Meskipun metode tersebut mungkin membantu menentukan apakah suatu planet memang mengandung air dalam bentuk cair, para peneliti mengakui tidak berarti planet tersebut mengandung kehidupan.

Sekali lagi, dengan menggunakan planet kita sendiri sebagai inspirasi, para peneliti menunjukkan ketika makhluk hidup di Bumi (termasuk tumbuhan dan beberapa mikroba) menyerap karbon dioksida, mereka mengeluarkan oksigen.
Dan dapat diubah menjadi ozon melalui foton dari matahari.

Seperti karbon dioksida, ozon memiliki ciri khas yang dapat dideteksi teleskop James Webb.
Dengan teknologi teleskop JWST tersebut, memudahkan pengamatan planet di zona layak huni dengan CO2 rendah dan ozon tinggi, kata para peneliti.
Ada kemungkinan besar kita akan menemukan planet yang memiliki kehidupan atau mendukung kehidupan.

Jika kita melihat ozon di satu planet, kemungkinan besar berhubungan dengan karbon dioksida yang dikonsumsi kehidupan disana kata salah satu penulis studi Amaury Triaud dari UB.

Jika itu adalah kehidupan, maka itu adalah kehidupan yang berkembang.
Bukan hanya sekedar beberapa bakteri yang menghasilkan gas di sebuah planet.
Bisa saja jejak biomassa berskala planet yang mampu memproses karbon dalam jumlah besar, dan berinteraksi di planet tersebut.

Artikel Lain

Temuan planet TOI 4633 c terlihat redupan cahaya bintang. Kali ini manusia yang mengamati data TESS. Disana sebenarnya ada 2 bintang TOI 4633 A dan TOI 4633 B, tapi 1 bintang sebagai induk, 1 planet TOI 4633 c ada disana, kemungkinan planet kedua. Satu bintang mengitari sistem bintang biner setiap 230 tahun sekali.

Peneliti menemukan bintang yang disebut baru. Bintang dapat terlihat kadang lenyap dari pengamatan teleskop. Disebut bintang Old Smoker, diduga bintang tipe raksasa merah / super red giant star mengeluarkan gas dari bintangnya, dan menutup cahayanya.

Teori tata surya terbentuk dari lahir awal lahirnya protoplanet, rata rata membutuhkan waktu sekitar 2 juta tahun untuk membentuk cincin. Penelitian terbaru, ditemukan beberapa beberapa tata surya yang sudah membentuk cincin dengan usia 300 ribu tahun, itu jauh lebih cepat.

Planet Tylos mengitari bintang induk, terhitung 1 tahun disana hanya 31 jam. Begitu dekat ke bintang tapi mengapa diteliti. Astronom mengumpulkan data dari tahun ke tahun untuk melihat kondisi atmofer planet. Dan disana bukan atmofer biaya melainkan hujan besi.

Bila anda ditanya untuk memilih pindah ke planet lain, apakah anda ingin tinggal di matahari dengan ukuran besar atau ukuran lebih kecil. Pendapat sebuah planet memiliki air dan berada di zona yang tepat, tidak terlalu jauh atau terlalu dekat dengan bintang. Teori lain memungkinan planet layak huni bila memiliki karbon.

Sementara banyak astronom mencari eksoplanet seukuran Bumi, kriteria air yang mencari, rotasi planet, dan letak di zona layak hun. Peneliti UCI mengatakan kemungkinan planet dengan area terminator masih layak, bila ukuran yang tepat. Karena area tersebut bisa saja terjadi pertemuan udara panas dan dingin.

Gempa teknonik dipastikan ada lempeng bumi yang tengelam atau terangkat. Berapa tebal kulit bumi, dan seperti apa inti bumi. Bumi memiliki 3 lapisan dari kerak bumi yang dingin. Di inti bumi memiliki kemunginan memang besi 96 persen. Inti Bumi memiliki inti besi besar.

Planet Wolf 1069 b masuk daftar sebagai planet terdekat ke Bumi. Berada di zona layak huni, suhu antara minus 23 deg.C, tapi bila disana memiliki atmofer agaknya suhu lebih hangat 13 deg.C. Walau bagian yang layak huni berada di sisi siang sepanjang masa.

Orbit bumi ke matahari bentuk elips, tapi setiap tahun matahari menjauh dari matahari. Sayang, pergeseran tersebut tidak cukup untuk memindahkan planet bumi lebih jauh. Menurunnya kekuatan gravitasi matahari akibat massa matahari yang terus surut dari waktu ke waktu.

Astronom sebelumnya menyebut sebagian besar tata surya sama, dengan planet berbatu di depan. Dalam 20 tahun penemuan planet, dan semakin banyak tata surya lain ditemukan, sering ditemukan planet Hot Jupiter. Apa yang terjadi bila tata surya kita memiliki sususnan planet seperti itu.

Teleskop James Web citra bintang pertama tahap penyesuaian lensa. Dimana teleskop akan ditaruh, mengapa proses pembangunan sampai peluncuran memakan waktu lebih dari 10 tahun lebih. Cermin teleskop telah berhasil di selaraskan, sekarang siap bekerja untuk penelitian sain

Planet KOI-456.04 ditemukan dan dikonfirmasi, berada di zona layak huni. Planet mengorbit ke sebuah bintang seukuran matahari. Disana tidak terlalu panas hanya selisih 10 derajat Celcius dari rata rata suhu di Bumi. Walau ukurannya 90% lebih besar, peneliti menyebut planet memiliki permukaan cairan dimana tidak terlalu panas dan dingin.

Dimana tempat paling sepi di bumi. Bahkan manusia amat sangat jarang tinggal disana. Masih ada bahkan separuh bumi relatif masih kodong. Hanya saja daerah tersebut ada di wilayah gurun dan tundra serta wilayah iklim dingin. Indonesia hanya tersisa di Kalimantan dan Irian Jaya

Jupiter adalah raja planet di tata surya kita. Tapi di tata surya Kepler 88, planet seukuran Jupiter hanya di urutan kedua. Kepler-88d memiliki ukuran 3x lebih besar dari Jupiter. 3 planet dari Kepler-88b, Kepler-88c dan terbesar Kepler-88d saling mempengaruhi orbit planet dengan gravitasinya.

Teleskop Karl G. Jansky, Very Large Array (VLA) dan Atacama Large Millimeter/submillimeter Array (ALMA) mempelajari ratusan bintang muda yang baru lahir dan terlihat dikelilingi cincin debu dan gas. Di tengah gambar yang di pelajari sebenarnya cikal bakal dari ratusan tata suya baru. Bintang baru saja lahir atau bayi bintang, dan terlihat di masa mendatang akan muncul planet

Astronom membuat sebuah gambar dengan observasi dari teleskop radio. Dimana gambar setiap titik ini adalah gambar galaksi yang sangat jauh. Dan belum pernah terditeksi sebelumnya. Bagaimana setiap titik ini di dapat. Foto tentang galakasi ini diabadikan dari teleskop radio South African Radio Astronomy Observatory MeerKAT.

Bila mendapatkan gambar dari teleskop Alma, bentuknya tidak seperti foto teleskop optik. Karena teleskop Alma adalah teleskop radio terbesar di ketinggian 5000 meter. Alma memiliki 66 antena presisi tinggi, terbesar dengan jarak 16km

Kita akan bertanya apakah tata surya lain memiliki planet gas seperti Jupiter. Dijawab ya, tapi peneliti melihat perbedaan ukuran planet gas di tata surya lain berdasarkan bintang induknya. Bintang dapat mempengaruhi ukuran planet lain ketika lahir.

Galaksi yang dilihat dari atas dengan sudut bumi, maka terang di bagian inti galaksi. Galaksi dari sudut miring, dapat dipelajari adalah struktur lengan galaksi dan ukurannya. Bagaimana bila galaksi terlihat tepat dari sisi samping.

Kriteria mencar planet mirip Bumi, kriteria apa saja yang ada dari penemuan sebuah planet. Ukuran yang tepat belum tentu planet cocok untuk manusia. Banyak kriteria mininum yang ada sampai manusia bisa tinggal di sebuah planet baru.



Youtube Obengplus


Trend