Mata manusia sebenarnya mampu melihat 10 gambar perdetik (fps), mungkin tidak lebih, atau sedikit lebih tinggi dari 10.
Lalu kenapa produsen membuat perangkat monitor, display layar smartphone dengan kecepatan 100hz (setara 100fps) bahkan lebih tinggi.
Apakah kita membuang uang untuk teknologi yang tidak terpakai ?
Kecepatan gambar yang lebih tinggi menjadi daftar teratas perangkat camera, layar smartphone bahkan penting untuk perangkat game baik VGA dan monitor.
Jendela bidik Canon EOS R3 mampu menampilkan gambar setingkat 120fps.
ProMotion Apple teknologi layar iPhone bekerja di 120Hz
Di pasar banyak perangkat monitor gaming, layar smartphone Android dengan refresh tinggi yang mulai tampil dengan kata canggih, teknologi baru.
Monitor 144Hz (atau lebih tinggi) dengan dukungan GPU tepat.
Media hardware merilis pengujian model VGA teratas mampu mencapai score tertinggi 120fps pada game tertentu.
Nvidia menyebut FPS dari graphic card mampu menampilkan gambar lebih halus.
Bayangkan Alienware menampilkan monitor panel IPS dengan kecepatan 500Hz. Tidak perlu dibahas, untuk apa.
Apa yang dikatakan FilmmakerIQ, dia mengatakan tidak.
Bagi gamer suka mengutip tes yang diberikan calon pilot jet tempur Amerika.
Layar ditampilkan dengan kecepatan 1/220 detik, dan pilot dapat mengidentifikasi pesawat yang dilihat.
Lalu diartikan mata manusia mampu melihat kecepatan setidaknya 220 fps.
Bidang fotografer melihat berbeda, ada kekurangan logika disana.
Fotografi dapat melihat lampu Xenon (lampu flash) dalam waktu sepersekian milidetik. Itu dari bidang fotografi yang terbiasa mengunakan lampu flash, kalau gamer bisa melihat 1/220 detik ?, mungkin kalangan fotografi memiliki mata yang sama atau lebih tinggi lagi.
Bukan itu yang dimaksud.
Logikanya, bila cameramen merekam video kecepatan 24 fps, lalu ada lampu flash menyala.
Bingkai foto atau camera mengambil beberapa gambar yang menyala terang dari rekaman video.
Walau mata kita hanya mampu melihat 10 gambar perdetik, tetapi masih tampak kilatan kecerahan ketika merekam video.
Juga bukan itu yang dimaksud, yang menangkap gambar kan sensor, mata kita hanya melihat sekilas, atau tidak melihat sama sekali ketika lampu flash studio menyala dalam mili detik.
Kecepatan refresh yang lebih cepat seperti ProMotion dari iPhone memang terlihat lebih mulus, jadi itu buktinya?.
Gerakan layar ponsel, monitor 30Hz model lama, sampai tampilan monitor game super cepat. Semua berbicara untuk rangkaian gambar diam yang dihitung dalam frame rate, atau berapa banyak gambar yang ditampilkan dalam hitungan 1 detik.
Sama seperti kita menonton film 24 fps, dalam 1 detik tampil 24 gambar.
Ketika benda-benda 'bergerak' di bidang layar, para ilmuwan menyebutnya 'Gerak Semu', dasar dari semua animasi.
Untuk membuktikan mata kita hanya 10 fps seperti ini.Coba gerakkan mouse dengan cepat dengan rentang 5 cm ke kiri dan ke kanan.
Kita akan melihat celah kecil (kekosongan pada perpindahan kursor) di gerakan gambar icon mouse pada layar. Jadi cursor mouse kita ngak terlihat halus berpindah di layar.
Semakin cepat kecepatan dengan refresh di monitor, semakin banyak gambar terlihat dan muncul celah semakin kecil.
Jadi logikanya, layar computer kecepatan tinggi, maka kursor mouse yang bergerak cepat akan lebih terlihat dengan celah rapat.
Tunggu dulu, mengapa kita tetap melihat jedah perpindahan kursor mouse ?
Monitor standar saja sudah 60Hz atau sekitar 59Hz, tetap masih kelihatan, kursor seakan terlihat 3-4 gambar icon mouse. Dan tetap tidak mulus bergeser, membentuk 1 icon mouse.
Artinya mata kita sendiri memiliki refresh rate yang rendah, walau monitor sudah berkecepatan tinggi dan dilihat pada layar tetap ada jedah dari gerakan kursor.
Masuk akalkan.
Penelitian Adolphe-Moïse Bloch tahun 1885, yang mengatakan di bawah jangka waktu tertentu (atau 'paparan'), mata menganggap cahaya kurang terang jika dilihat kurang dari rentang waktu tertentu.
Di atas paparan dimana melewati batas kemampuan mata, muncul persepsi kecerahan yang dilihat tidak lagi berpengaruh, maksudnya tidak kelihatan lagi.
Bloch dan ilmuwan lain menemukan periode waktu di mana persepsi dipengaruhi durasi paparan cahaya adalah 100 milidetik, itu artinya sepersepuluh detik atau sama dengan 10fps.
Itu yang dapat diterima oleh mata manusia sebagai bentuk gambar.
Studi tahun 2014 dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan otak manusia dapat memproses gambar yang dilihat mata hanya dalam 13 milidetik dalam kecepatan pemrosesan yang sangat cepat. Itu dari sisi hardware manusia, alias otak kita mengolah gambar yang terlihat di mata.
Kemampuan mata diperkirakan hanya menangkap kedipan tertinggi sampai 75Hz.
Nvidia menjelaskan kecepatan FPS dan Hz. Mungkin disalah artikan, bila frame rate (FPS) tinggi dari hasil tes disamakan dengan Hz.
FPS adalah tampilan gambar yang lebih halus berdasarkan sistem, sedangkan Hz yang ditampilkan di monitor bisa saja tetap.
Bila VGA hanya mampu menampilkan game di 30fps, dan gambar yang tampil terlihat berbayang pada satu tingkat gerakan kecepatan tinggi, itu benar.
Misal gerakan pemain yang bergerak ke kiri dan ke kanan, terlihat frame rate turun, dan gambar kadang tidak setajam ketika diam.
Tapi tidak berhubungan dengan mata kita secara visual. Karena gambar blur tersebut adalah sistem, dimana kelambatan terjadi di proses GPU yang menangani proses gambar sampai menampilkan gambar ke layar monitor lalu terlihat blur. Itu dampak dari frame rate tiba tiba turun akibat pemain bergerak dan hardware tidak mampu mengejar sampai frame rate ideal.
Mungkin
sebagian gamer merasa sudah terbisa melihat gambar kecepatan tinggi, karena mata mereka sudah terbiasa dilatih.
Nyatanya semua hanya mitos, dan tidak ada perbedaan dengan apa yang dilihat ketika monitor sudah mencapai 60Hz atau game dengan tampilan 60fps.
200 fps mungkin sangat bagus untuk sistem dalam teori semua frame tampil lengkap, dan monitor tetap menampilkan gambar 60Hz.
Tidak seperti kamera dimana hardware yang bekerja, sedangkan mata kita tidak ada jam digital yang menjalankan pengambilan dan pembacaan yang dilihat.
Mata selalu aktif sehingga tidak perlu dan tidak ada hitungan frame rate sebenarnya, kemampuan rata rata mata manusia relatif sama.
Hal lain, mata manusia memiliki area persepsi yang berbeda.
Bagian mata yang melihat gambar resolusi tinggi ada di bagian tengah dengan kemampuan melihat warna lebih baik tetapi lebih lambat.
Penglihatan di bagian tepi kebalikannya, lebih baik untuk mengidentifikasi gerakan karena alasan evolusi. Yang dimaksud mata manusia juga berevolusi.
Namun tidak dapat mengidentifikasi kedipan, katakanlah, bola lampu berenergi rendah di suatu tempat sekitar 60-90Hz.
Pembuat video sangat menyadari ketika bola lampu dinyalakan adalah sesuatu dengan mudah dikenali dengan perangkat kamera ketika setting camera dilakukan dengan kecepatan rana salah.
Lensa dengan rana terlalu terbuka (disebut Aperture), akan menangkap gambar lebih banyak. Ketika ditutup membentuk lubang kecil, cahaya yang masuk lebih sedikit.
Ketika setting salah pada camera untuk mengambil gambar, maka gambar akan terlihat salah, bisa terlalu terang, atau menjadi lebih gelap.
Dampak lain, video di Eropa, disana mengunakan frekuensi listrik 50Hz, ketika camera di set dengan format NTSC 60 fps, dalam rekaman video akan terganggu seperti ada kedipan. Alasannya tidak selaras antara hasil rekaman sensor, dengan efek frekuensi cahaya lampu.
Efek stroboskopik (lampu strobo berkedip cepat) bagaimanapun dapat dilihat di mata.
Kita lebih mudah melihat video seperti melihat bidang putaran roda, sedangkan mata akan melihat putaran dengan kecepatan tertentu. Bagian roda tampak berputar ke arah lain.
JF Schouten, pada tahun 1967, meneliti tentang manusia melihat subjek berputar dalam cahaya terus menerus (tanpa kedipan) namun melihat efek 'stroboskopik subjektif'.
Bagian pertama sekitar 8-12 siklus per detik (jadi, ya, sekitar 10Hz juga).
Semuanya akan menjadi sangat panjang untuk menjelaskan.
Salah satu kasus, mengapa Peter Jackson mungkin salah memilih HFR (High Frame Rate) untuk The Hobbit!
Ketika dia membuat film dengan merekam kecepatan 48 fps untuk film tahun 2012. Dibuat dalam versi 3D HFR, Standar 3D dan 2D.
Kecepatan film dengan 2x kecepatan standar cinema 24fps. Peter ingin membuat gambar sangat tajam dan detil, sehingga dia mengunakan 2 camera model RED kecepatan tinggi yang akhirnya tidak berguna.
Cerita lain beberapa bioskop di Amerika tidak jadi memutar film yang akan menjadi Box Office yang katanya canggih. Karena projektor bioskop model lama tidak mampu memutar film digital dengan frame rate tinggi dan tingkat berwarna lebih tinggi..
Kesimpulannya, apakah refresh rate tinggi berguna.
Jawabannya, bila monitor refresh rate 60Hz sudah cukup, tentu saja.
Ketika layar monitor terlihat flicker atau seperti ada jedah dan mata kita mengetahui gambar tersebut terlihat blur, itu bukan masalah di monitor.
Mungkin di kecepatan perangkat sendiri, misalnya VGA, atau kelambatan dari sistem computer mengirim gambar ke layar.
Bila monitor mampu menampilkan gambar 144Hz, apakah tidak cukup dengan VGA yang hanya menampilkan frame rate 60 fps ?.
Bidang berbeda untuk frame rate kecepatan tinggi.
Camera sain tahu, mengambil gambar sampai 1000fps dari camera canggih.
Itu diperlukan untuk penelitian, dan melihat kembali apa yang terjadi selama 1 detik dalam percobaan. Dan menampilkan dengan putaran normal yang membentuk video Slow Motion.
Bahkan camera untuk penelitian cuaca dan laboratorium dapat merekam dalam puluhan ribu frame bahkan 1 juta frame perdetik, tujuannya untuk memperlihatkan gambar dengan gerakan amat lambat dalam periode hitungan detik.
Fotografer juga tahu, karena mereka sudah terbisa melihat kedipan gambar dari lampu flash. Dan batas merekam video untuk kalangan cinematografi, tidak memerlukan film setinggi 100fps.
Monitor 100Hz, seperti cuma kata kata produsen saja, dan kita mungkin tidak memerlukan.
Bila produsen menawarkan monitor dengan kemampuan refresh rate tinggi dengan harga murah, itu ok.
Bila kita tertarik untuk membeli monitor Hz paling tinggi, sepertinya ngak perlu