Produsen kendaraan Hyundai fokus pada pasar EV yang sedang berkembang di abad 21.
Tidak menyurutkan para insinyur di industri kendaraan konvensional.
Satu desain busi baru dan dinilai radikal dari pabrikan Korea Selatan menunjukkan disain busi mesin yang berbeda
Busi lebih efisiensi dimesin pembakaran internal yang sudah digunakan puluhan tahun. Tapi ditemukan tidak sengaja.
Menurut daftar paten yang diajukan oleh
Hyundai ke USPTO / regulasi paten US.
Para insinyur Hyundai menemukan cara yang sangat pintar untuk mengekstrak (mengeluarkan energi) lebih banyak dan efisiensi dari koil pengapian mesin bahan bakar biasa.
Disain busi Hyundai menjaga pembakaran mesin kendaraan model N masa depan seperti Elantra N lebih efisien.
Hyundai twin-spark busi
Busi dengan 2 kutub untuk melepas energi, menyalakan bahan bakar di ruang mesin.
Ini bukan ide baru, Alfa Romeo memeloporinya tahun 1914, membuat mesin lebih bertenaga.
Rancangan busi digunakan banyak pabrikan kendaraan untuk meningkatkan efisiensi pembakaran dan mencapai emisi gas buang yang lebih bersih.
Kembalinya rancangan ruang mesin dan desain busi, ketika dikembangkan di mesin Mazda Skyactiv X.
Mesin kendaraan tersbut mengunakan campuran udara dari bahan bakar kendaraan biasa dengan teknik sistem mesin bakar diesel, dimana percikan busi dengan pengaturan waktu pengapian paling optimal.
Busi memberi percikan listrik untuk bahan bakar yang dipadatkan sampai menyala dan tekanan mendorong silinder mesin.
Tetapi hal yang sama-sama dari rancangan busi, kebutuhan dua jedah dan rancangan mengunakan koil pengapian ganda.
Ruang pembakaran mesin dengan busi ganda ditempatkan di ruang pembakaran mesin.
Memerlukan timing atau waktu memberi percikan api 2 kali.
Paten busi Hyundai ini mengaktifkan pengapian ganda tapi dalam satu unti tunggal dan tujuan ini hanya dengan pemikiran yang sangat cerdas.
Mengapa disebut disain busi pintar.
Insinyur Hyundai melihat di sisi tegangan pengapian tinggi koil selama peristiwa percikan api.
Para insinyur menyadari ada lonjakan yang tidak terpakai pada
grafik tegangan output.
Dan mulai melihat mengapa tidak dimanfaatkan untuk pengapian agar kinerja mesin lebih baik.
Saat itulah ide muncul, dan mereka menambahkan elektroda tengah kedua ke satu busi untuk memanfaatkan lonjakan keluaran ekstra ini menjadi percikan kedua di dalam mesin.
Dalam sistem pengapian saat ini, percikan dipicu dalam koil pengapian saat unit kontrol mesin mematikan koil primer.
Ketika koil primer diberi arus input, menghasilkan medan magnet, lalu ditransfer ke kumparan sekunder melalui inti ferit bersama.
Medan magnet menyimpan energi yang dihasilkan kumparan primer.
Ketika kumparan primer menyelesaikan tugas, energi kembali dilepaskan melalui kumparan sekunder untuk menghasilkan percikan tegangan tinggi dengan polaritas positif di ujung elektroda tengah.
Pelepasan ini diikuti lonjakan tegangan negatif setelahnya efek jeda magnet di unit kumparan sekunder.
Akibatnya, koil kumparan sekunder dalam waktu sesaat beralih polaritas dan kemungkinan terjadi percikan kedua dengan menghasilkan lonjakan tegangan yang lebih rendah dari tegangan elektroda arde busi pertama
Busi konvensional vs busi Twin Spark
Sistem pengapian saat ini mengabaikan lonjakan tegangan negatif tersebut karena busi telah menyala dan pekerjaan selesai.
Disain yang tidak berubah sejak produk kendaraan dengan satu percikan pengapian pada mesin.
Bahkan beberapa produsen malah membuat mesin dengan kapasitas lebih besar, atau teknologi mesin Turbo, cara yang mudah tapi membuat mesin boros bahan bakar.
Tidak ada yang melihat, atau mengabaikan energi yang dihasilkan di dalam busi, atau dianggap kurang efisien untuk digunakan.
Hyundai Twin Spark ini menunjukkan masih ada kesempatan busi menghasilkan percikan pengapian kedua dari polaritas terbalik.
Desain busi Twin Spark
Untuk membuatnya berfungsi, busi memerlukan desain ulang.
Elektroda arde dapat mengambil berbagai bentuk saat ini
Tetapi elektroda tengah lainnya digabung dengan elektroda tengah dari desain busi tradisional.
Satu dari dua elektroda adalah elektroda positif konvensional dan terhubung ke salah satu sisi gulungan kumparan sekunder.
Elektroda kedua dihubungkan ke ujung lain dari coil kumparan dari pengapian sekunder.
Secara teknik busi Hyundai Twin Spark adalah teknik sederhana.
Tidak perlu sistem kontrol seperti sistem elektronik, karena disain dan timing diatur oleh coil sendiri.
Yang membedakan pada unit busi di bagian tengah, diberikan 2 arus yang memicu percikan untuk menciptakan pengapian terjadi dalam waktu berbeda.
Manfaat busi Twin Spark.
Ketika elektroda atau busi memberi percikan lebih besar, maka ruang mesin mendapat hasil pengapian yang lebih besar.
Teknik tersebut mempercepat perjalanan nyala api, mengarah pada pembakaran campuran udara bahan bakar yang lebih cepat sekaligus lebih sempurna.
Dampaknya memberikan peningkatan efisiensi kepada konversi energi dari daya mesin dan tentu saja mengurangi emisi dengan pembakaran mesin lebih sempurna.
Peningkatan energi dalam nyala api juga memberi mesin bekerja dengan campuran udara-bahan bakar yang lebih ramping tanpa risiko salah memberi pengapian, berdampak dengan meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Busi sederhana ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja mesin, setidaknya sampai batas emisi lebih rendah.
Atau memberi desain baru pada mesin kendaraan yang sudah tidak memenuhi standar emisi, dan membuat mesin menjadi lebih baik mencapai standar tingkat emisi minimal.
Apakah busi Twin Spark dapat mengantikan langsung disain busi konvensional. Setidaknya menunggu Hyundai memberikan produk jadi.
Begitulah di era modern, ketika ada insinyur melihat dan mulai mengutak-atik sebuah perangkat dengan peralatan yang lebih modern.
Ketika mereka melihat sesuatu yang janggal, babak akhir untuk mencari dan memanfaatkan dimana insinyur lain tidak pernah melihat, disana akan muncul ide baru dan produk yang inovatif.