Teknologi Machine Learning kembali membantu di dunia nyata, khususnya bidang astronomi
Mengambil gambar di sekitar galaksi kita, lalu di pelajari itu sulit. Ratusan ilmuwan sampai astronom tidak akan selesai memetakan galaksi kita sendiri.
Kali ini dari astronom Calteh mengunakan algoritma mesin, mampu mengidentifikasi 1.000 supernova yang disebabkan ledakan dari binatang yang sekarat.
SNIascore adalah sebuah program algoritma, membuat daftar katalog yang dikumpulkan instrumen teleskop tambahan disebut Zwicky Transient Facility / ZTF. Fungsi utama ZTF untuk memetakan pengamatan di langit, dan di pasang pada teleskop Samuel Oschin di observasi Palomar.
Dengan mengambil data dari pengamatan teleskop, dapat menemukan dari asteroid hingga lubang hitam dan terakhir supernova. ZTF menghasilkan jumlah data tanpa henti setiap malam.
Demikian juga tim yang membuat ZTF, tidak dapat memilah data sendirian.
Disitulah fungsi program SNIascore membantu tugas para astronom.
Membuat cara agar mesin dapat belajar dan melatih computer untuk pekerjaan tersebut kata astronom christoffer Fremlin Caltech.
Pengamatan instrumen ZTF pertama tahun 2017. Survei tersebut telah mengidentifikasi ribuansupernova, dan dibagi dalam 2 tipe.
Supernova I dimana jejak yang tidak memiliki gas hidrogen. Supernova II, sebaliknya, supernova dengan tingkat hidrogen tinggi.
Dari ledakan bintang seperti supernova, yang sering terjadi tipe supernova I. Ketika bintang berukuran besar melepas materi dari bintang tetangganya (bintang biner). Setelah jatuh ke permukaan bintang di sebelahnya, bintang pertama dapat memicu ledakan termonuklir dan meledak.
Supernova II, umum berasal dari bintang masif yang kehabisan bahan bakar untuk fusi nuklir sebuah bintang. Dan bintang tidak dapat menopang dirinya sendiri dan runtuh lalu meledak.
SNIascore memiliki kemampuan dalam meng-klasifikasi tipe ledakan bintang tipe I tertentu dan asal yang berbeda dari tipe supernova Ia. Ketika bintang dalam kondisi sekarat, artinya bintang menjelang kehancuran untuk meledak. Bintang akan mengeluarkan cahaya yang begitu seragam, sehingga astronom menyebut sebagai 'standard candles. Standard candles digunakan untuk mengukur jarak kosmik yang melintas kosmos, digunakan untuk menghitung laju perluasan alam semesta.
Setiap mala hari, peralatan ZTF selesai mencari dan mengumpulkan data di langit. Data dikirim ke pusat data yang jauhnya ratusan meter. Disana terdapat instrumen mesin untuk distribusi energi spektral / SEDM.
Antara ZTF dan SEDM bekerja sama, dan mengklasifikasi sesuai tipe supernova tipe Ia. Data dari NSIascore menghasilkan data pertama tahun 2021. Dan setengah tahun kemudian telah terkumpul 1.000 supernova. Dari analisa data 1 April 2021 sampai Oktober 2022, tercatat 1.000 supernova dapat di identifikasi dengan sistem mesin.
Tim dari Calteh berencana membantu teleskop lain dengan memasang SNIacore. Sebelum disebarkan ke perangkat berbeda, tim akan menyempurnakan kemampuannya.
Sekarang kita tahu, astronom tidak mengandalkan pengamatan secara visual. Banyak instrumen yang digunakan dari teleskop optik, infrared, radio dan lainnya Sekaligus mengunakan teknologi komputasi dengan machine learning.
Memprediksi badai Matahari yang menganggu Bumi dapat di analisa dari DAGGER NASA. Memberi peringatan 30 menit lebih cepat sebelum badai datang mengunakan AI dengan pembelajaran mesin. Mengamati langsung untuk peringatan dini tidak mungkin, karena terlambat.
Apakah
Supernova. Sederhananya sebuah bintang yang meledak adalah Supernova.
Bila letaknya tidak jauh dari Bumi akan tampak cahaya sangat terang.
Apakah ledakan bintang berbahaya bagi manusia di Bumi, berapa jarak aman
kembali di revisi. Satu lagi mikronova yang lebih kecil
Gelembung gas yang membentuk cangkang di ruang angkasa membentang ke 2 arah sampai 500 tahun cahaya. Peneliti memperkirakan gas tersebut adalah bekas ledakan sebuah bintang kuno yang masif. Tapi gelombang gas tersebut masih terus membesar. Peneliti mencoba mencari sumber dimana titik sumber supernova tersebut berasal
Yuji Nakamura astronom amatir Jepang tidak sengaja menemukan jejak cahaya di langit. Tepatnya di rasi bintang Cassiopeia pada hari Kamis 18 Maret 2021 kemarin. Cahaya apa yang muncul disana, dan apa yang terjadi. Penjelasan dari tim observasi universitas Kyoto
Disebut galaksi kembang api, disana terjadi ledakan bintang yang sangat cepat dari pengamatan astronom. Pada akhir abad lalu saja, di galaksi NGC 6946 terjadi 10 supernova yang dapat teramati di akhir abad. Jadi tidak heran peneliti menyebut dengan Galaksi Kembang Api.
Disebut SN2016iet, memiliki durasi yang panjang, dengan jejak kimia yang
tidak biasa, dan lebih banyak teka-teki di bintang tersebut. Para
peneliti percaya supernova ini dapat menantang model kematian bintang
kita yaitu matahari. Karena ledakannya terus tampak dalam beberapa tahun kedepan
Supernova disebabkan dari ledakan bintang, antara ledakan dari bintang mati. Kedua dari gaya tarik bintang mati ke bintang yang masih menyala. Terjadinya supernova SN2017cbv disebabkan dengan teori kedua, tapi ledakan bintang lebih kecil yang menganggu bintang ukuran lebih besar
Tim ASAS-SN bahkan tidak terlalu yakin apakah cahaya yang mereka
dapatkan berasal dari sebuah supernova. Bila benda tersebut adalah
ledakan bintang supernova, menjadi ledakan paling kuat saat ini. Bila dihitung ledakan cahaya tersebut mencapai 570 miliar kali lebih
terang dari matahari, dan setara 20 kali lebih terang dari sumber
bintang di galaksi Bima Sakti.