Sebelum era WFH, pekerja di perusahaan masuk kantor seperti biasa.
Kadang di dalam ruangan akan banyak karyawan untuk memaksimalkan daya tampung pekerja.
Ternyata ada dampak negatif, terlebih sebuah ruang kantor yang tidak memadai.
Dampak polusi di dalam ruang kantor, tingkat gas CO2 akan menurunkan kinerja karyawan
Allen telah melakukan penelitian dan membuat 2 studi pada tahun 2015 sampai 2021
Buat ruangan lebih baik dengan sirkulasi udara bersih. Mungkin satu solusi agar seseorang dapat bekerja lebih baik.
2021Penelitian
dari
Harvard T.H. Chan School of Public Health menemukan korelasi
antara kualitas udara di lingkungan kantor dan berdampak dengan fungsi
kognitif pekerja.
Studi
internasional menemukan tingkat ventilasi yang rendah dan peningkatan
kadar partikel dikaitkan dengan penurunan kinerja pada tes kognitif.
Sebagian
besar pekerjaan ini berfokus pada hubungan antara fungsi kognitif dan
paparan luar ruangan jangka panjang terhadap partikel halus (PM2.5).
Efek
akut dari polusi udara dalam ruangan pada fungsi kognitif adalah area
yang sangat sulit dipelajari, dan studi yang baru diterbitkan ini mulai
mengeksplorasi hubungan dengan perilaku karyawan.
Lebih dari 300 subjek direkrut untuk studi selama 1 tahun, mencakup di 6 negara dan lebih dari 40 gedung perkantoran.
Dalam
test , setiap ruang kerja subjek dilengkapi dengan sensor lingkungan
yang melacak tingkat PM2.5, CO2, suhu, dan kelembaban relatif secara
real-time.
Ketika
sensor mengukur tingkat PM2.5 dan CO2 di bawah atau di atas
ambang batas tertentu, aplikasi smartphone akan melakukan ping kepada
peserta dan menugaskan mereka dengan tes kognitif singkat.
Karena tingkat PM2.5 dan CO2 di lingkungan dalam ruangan meningkat, waktu respon pada kedua tes kognitif melambat.
Satu tes khusus, yang disebut tes kata warna Stroop, dirancang untuk mengukur kemampuan perhatian dan kontrol yang menghambat.
Pada tes itu, para peneliti mendeteksi penurunan akurasi akibat dampak meningkatnya PM2.5 dan CO2 di ruang kerja.
“Temuan
menunjukkan bahwa peningkatan kadar PM2.5 dikaitkan dengan penurunan
akut fungsi kognitif,” jelas penulis utama Jose Guillermo
Cedeño Laurent.
“Ini
pertama kalinya kami melihat efek jangka pendek ini di antara orang
dewasa yang lebih muda. Studi ini juga mengkonfirmasi bagaimana tingkat
ventilasi yang rendah berdampak negatif pada fungsi kognitif. Secara
keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas udara dalam
ruangan yang buruk mempengaruhi kesehatan dan produktivitas secara
signifikan lebih dari yang kita pahami sebelumnya.
Joseph
Allen, penulis senior studi baru ini, adalah direktur Harvard Healthy
Building Program. Selama beberapa tahun melakukan studi dan berpusat
pada kondisi lingkungan dalam ruangan mempengaruhi kesehatan umum
seseorang.
Sekarang
dengan pandemi global yang membawa perhatian pada masalah seperti
ventilasi gedung, dia melihat minat besar pada perusahaan yang ingin
meningkatkan lingkungan dalam ruangan.
Ventilasi tempat kerja yang buruk dapat memengaruhi lebih dari sekadar fungsi kognitif atau penularan COVID-19.
Minggu
ini tim peneliti Inggris mempresentasikan data baru dari sebuah
penelitian yang menunjukkan sejumlah pekerja di ruang kantor yang
berventilasi buruk dapat menderita asma.
“Kami
biasanya menganggap kantor sebagai lingkungan yang aman, jadi mungkin
saja ketika asma didiagnosis pada pekerja kantor, penyebab
diabaikan,” kata Christopher Huntley, pemimpin studi asma
kerja baru.
"Saya
pikir akan ada keseimbangan mendasar dalam hal ruang dalam ruangan,"
kata Allen baru-baru ini dalam sebuah wawancara dengan media Science.
Saya
pikir orang tidak akan mentolerir bangunan yang sakit, di mana yang
tinggal merasa lelah, mengalami mata gatal, sakit kepala, atau pekerja
dijejalkan ke dalam kantor seperti lemari tanpa jendela. Era itu sudah
berakhir.
2015Udara
di kantor membuat pekerjaan anda lebih berat bahkan membahayakan
kesehatan.
Kita menghabiskan waktu 90% berada di dalam ruangan. Dimana
udara tercemar dengan bahan bangunan, produk pembersih dibanding udara
di luar.
Walau
banyak bangunan mengunakan pendekatan hijau yang ramah terhadap
lingkungan agar pekerja mendapatkan suasana alami. Peneli
mempertanyakan, apakah efek dari bahan bangunan dan kondisi kimia dapat
berubah. Berita ini diterbikan di Environmental Health
Reports pada awal November 2015.
Kualitas udara yang buruk dari bangunan konvensional secara drastis dapat menurunkan kognitif, dan membatasi kemampuan karyawan.
Dalam
studi dilakukan pengambilan sampel. 24 pekerja bekerja selama 6 hari di
kantor dengan sistem lingkungan buatan. Setiap hari peneliti melakukan
perubahan dengan tingkat gas karbon dioksida dan senyawa organik yang
mudah menguap. Lalu bahan seperti itu dialirkan ke dalam ruangan seperti
simulasi sebuah kantor.
Pekerja
yang diteliti tidak mengetahui setiap perubahan yang terjadi di ruangan
mereka. Peneliti hanya melakukan test setiap sore dan meneliti efek
kognitif dan kemampuan mereka dalam pengaturan pekerjaan.
Peneliti
sendiri kewalahan dengan hasil yang mereka dapat. Ketika gas
atau polusi tersebar di ruang kantor, kinerja kognitif karyawan turun
sampai separuh. Tapi bila udara dibuat bersih maka kemampuan pekerja
naik 2x dan kognitif naik sampai 61% lebih tinggi
Kualitas
udara tampaknya memberikan dampak baik dan buruk. Studi tersebut hanya
studi jangka pendek. Tidak meneliti lebih lanjut seperti pengaruh
pekerja dalam waktu lama, efek bahan bangunan terhadap kesehatan. Tetapi
para peneliti akan melanjutkan percobaan mereka dalam jangka panjang
dan menguji kualitas udara di kantor secara nyata.
Lingkungan
udara berdampak bagi kinerja karyawan di dalam kantor. Terlihat
simulasi udara dari gedung hijau membuat pekerja lebih baik. Ingin lebih
sehat, sebaiknya jauhi polusi dan mendapatkan udara lebih segar.
Setidaknya untuk kesimpulan sementara.
Perangkat pembersih udara pintar Huawei Air Purifier X5 memiliki fungsi ganda. Selain membersihkan udara, kontaminasi zat, sampai membersihkan virus, bakteri, jamur dalam satu perangkat. Dapat terhubung ke sistem Smart Home, dan di kontrol dengan suara.
Orang dewasa selama empat tahun yang semuanya menderita rasa sakit,
pegal-pegal
akibat radang sendi di lutut, pinggul, pergelangan kaki atau kaki
mereka. Jadi siapapun yang ingin sehat, dan tetap normal sampai hari
tua. Biasakan melakukan aktivitas berjalan 10 12 menit sehari saja.