Shortstory | 10 March 2014

Beda pesawat era 60an dan pesawat modern teknologi navigasi satelit GPS


Apakah Auto Pilot mengantikan pilot sepenunya, kenyataannya tidak sepintar itu

Teknologi digital tidak ada di pesawat komersil sejak penerbangan komersil tahun 1960an.

Sebelum ditemukan satelit navigasi atau satelit GPS yang diprakarsai Amerika Serikat.

Tidak ada GPS, tidak ada komunikasi satelit dan tidak ada WIFI di pesawat, itulah teknologi pesawat jaman dulu.

Semua tergantung komunikasi radio dan radar serta tanda yang ada tanah.

Peta manual yang harus dilihat penerbang ketika mengudara.

Sinyal radio sangat mudah terganggu, bisa saja ada frekuensi yang menimpa (interferensi) frekuensi resmi untuk pesawat.

Teknologi pesawat komersil di era 90an, dengan sinyal satelit GPS, teknologi tracker digital maka posisi, ketinggian pesawat dapat dicatat langsung mengunakan sistem satelit.

Sekarang arah sebuah penerbangan dan keberadaan pesawat bisa dilihat dilayar computer kita sendiri.
Bukan hanya pilot yang tahu terbang kemana, tapi kita juga dapat melihat di computer bahkan smartphone apakah pesawat sedang terbang, sampai berapa banyak pesawat resmi yang sedang terbang di udara.

Pilot dapat mengatur sistem Auto Pilot agar pesawat terbang stabil di udara dan terbang dengan sendirinya dengan teknologi Fly by Wire.

Tapi jaman dulu berbeda, pesawat benar benar tidak diketahui keberadaanya. Radar di tanah dapat mengawasi posisi pesawat tapi tidak tepat.



Karena radar jaman dulu sangat lambat untuk menentukan lokasi ketika benda yang bergerak cepat.

Tetapi di era jaman itu, radar di darat sangat membantu para pilot, setidaknya mengetahui kemana mereka harus pergi.

Bagaimana pilot mengetahui pergi sebelum teknologi GPS ada.
Secara prinsipnya sama seperti navigasi umum. Mengandalkan visual dan instrumen dan alat komunikasi seperti beacon atau arahan dari menara kontrol.

Sebelum tahun 1960an termasuk model Boeing 747, mengunakan panduan matahari, bulan dan bintang.
Sistem LORAN atau Long Range Navigation, dimana 2 pemancar radio berbasis di darat, akan mengirim sinyal dalam interval tertentu.


Memungkinkan navigator pesawat mengunakan perbedaan waktu, dalam menentukan lokasi lebih tepat.
Ketika gangguan cuaca, disana biasanya menjadi masalah.

Pesawat selalu membawa bahan bakar cadangan. Setidaknya bila mencapai titik Point of No Return / PNR.
Pilot harus menentukan titik kritis, dari sisa bahan bakar, dan arah angin, sebelum memutuskan untuk tidak kembali ke landasan dimana pesawat berangkat.

Khususnya penerbangan diatas samudra, pilot perlu memasukan perhitungan tambahan, bila salah satu mesin mati, mengalami depressure (kabin kehilangan tekanan) dan hal lain. Bahan bakar harus lebih banyak dibawa untuk menurunkan resiko di udara.

Seandainya kabin bermasalah dan kehilangan tekankan udara, maka pesawat harus turun dan terbang rendah sampai batas aman. Dengan terbang rendah maka bahan bakar pesawat lebih boros.

Pesawat jaman dahulu, setidaknya ada 3 pilot yang saling bekerja sama. Antara Kapten Pilot, dan pilot pendamping - Copilot serta pilot navigasi harus mendampingi.

Sistem INS
Sebelum era GPS, sistem INS dan petugas navigator udara dihilangkan.
Pilot dapat mengikuti jalur penerbangan yang ditetapkan berdasarkan posisi mereka.

GPS belum digunakan untuk pesawat komersil sampai 1983

Di tahun 1973 dan peluncuran satelit 1978, hanya digunakan untuk militer.
Tahun 1983, Presiden Ronald Reagen membuka layanan GPS digunakan untuk pesawat penumpang.
Setelah sistem GPS lengkap dan beroperasi penuh di seluruh benua.
Salah satu alasan ketika pesawat Korea Airlines mengalami kecelakaan di tahun 1983.
Ketika pesawat salah tembak jet Soviet, karena jet komersil keliru memasuki wilayah Soviet menuju Seoul.

Teknologi satelit GPS untuk penerbangan
Tahun 1994 seluruh pesawat diatur oleh FAA dapat mengunakan GPS.

Sekarang sebuah GPS pesawat bisa dibeli seharga $1000. Seperti pilot navigator dan menambah perlengkapan telepon satelit untuk komunikasi disamping instrumen pesawat. Radar darat sudah seluruhnya ditempatkan dan rata rata semua negara memiliki fasiltas tersebut untuk mengawasi lalu lintas udara.

Pesawat berbadan besar mengandalkan teknologi Fly-by-Wire. Ketika pesawat di udara, tuas kemudi pesawat dapat diambil alih sistem computer atau sederhananya sistem Auto Pilot. Pesawat akan terbang stabil, pengatur kecepatan dan lainnya.
Sistem computer akan mengatur kecepatan pesawawt sangat presisi, tidak boros bahan bakar sehingga terbang dengan efisien.



Sistem computer mengantikan pilot mengarahkan pesawat di udara. Sistem autopilot misalnya mengunakan 4 sistem terpisah untuk keamanan.

Bila salah satu instrumen kehilangan sinyal, atau rusak masih dapat ditangani unit lain. Nama Fly-by-Wire lebih tepat dinamakan Fly-by-Computer.

Semua sistem instrumen pesawat dikendalikan dalam computer. Dari sistem navigasi, sampai sensor instrumen untuk keseimbangan dan kecepatan pesawat sampai peringatan bila terjadi error.

Fly-by-Wire tidak digunakan untuk penerbangan komersil saja. Dari pesawat ulang alik sudah mengunakan teknologi tersebut, khususnya ketika pesawat landing di landasan. Penerbangan komersil baru mengunakan di era 1980an walau terbatas untuk teknologi Fly by Wire, karena di era 80an sistem satelit navigasi belum ada.

Sistem satelit navigasi baru dimulai pada era 90an. Sistem ini juga mengunakan 3 sudut pengukuran ketika pesawat terbang

Auto-pilot bukan sistem pintar seperti yang kita bayangkan.

Pesawat bisa terbang sendiri ke tempat tujuan. Auto-pilot mengatur instrumen pesawat agar stabil terbang, mengatur tujuan, keseimbangan pesawat dengan mengatur posisi sirip.
Pilot tetap menangani sekaligus dipermudah dengan instrumen computer. Untuk mendaratkan pesawat, 99% tetap mengunakan keterampilan pilot termasuk visual dari pilot itu sendiri.
Untuk lepas landas, 100% kendali pesawat untuk take-off harus dipegang oleh pilot.

Auto-pilot hanya bekerja dalam kondisi normal. Bila computer mendapatkan data yang hilang atau kurang tepat.
Maka sistem otomatis memberi peringatan agar pilot mengambil alih penerbangan secara manual.
Auto-pilot lebih mengutamakan sistem penerbangan pesawat agar sesuai arah, stabil dan hemat bahan bakar, dibanding dikemudikan pilot.

Pesawat Tupolev dari Rusia memiliki Auto-Pilot dibagian atas tepat di jendela depan pesawat. Unit auto pilot umumnya berada di atas dashboard dari seluruh instrumen.

Perbedaan pesawat jaman dahulu dan pesawat modern dengan 
Auto-pilot

Auto-pilot dibedakan antara
Manual, sistem auto-pilot hanya berada di posisi stand-by atau tidak aktif.
Auto Mode, sistem aktif untuk mengarahkan pesawat.
GPS Mode, dimana pilot perlu memberikan koordinat arah pesawat. Dan auto-pilot akan menerbangkan pesawat sesuai arahan tujuan yang diberikan pilot.



Kapan sistem auto-pilot dapat disertakan dalam penerbangan
Ketika pesawat hendak terbang. Pilot akan mengatur tujuan pesawat. Pilot memasukan rute, memberikan titik awal dan akhir dan bagaimana untuk terbang di jalur penerbangan.
Masing masing titik koordinat yang ditentukan, dan data dimasukan, meliputi kecepatan dan ketinggian pesawat. Ketinggian berfungsi memisahkan lintasan pesawat pada arah tujuan yang sama. Pada jalur sibuk, rute pesawat sudah ditentukan sehingga tidak bersinggungan dengan rute lain.

Pilot akan menangani pesawat ketika hendak lepas landas atau masuk ke taksi (menuju area landasan). Setelah terbang baru sistem auto-pilot mengambil alih. Dalam sistem terbaru, auto-pilot mampu mendaratkan pesawat di tempat tujuan. Tentunya dalam kondisi emergency.

Aturan FAA tetap meminta pilot tetap berada di ruang kabin pilot. Setidaknya satu pilot atau co-polot untuk mengawasi sistem computer dan memastikan semua berjalan lancar.
Karena dalam kondisi ekstrem seperti turbulensi, sistem auto-pilot otomatis memberi peringatan dan pilot secepatnya di minta mengambil alih.

Prinsip kerja auto-pilot seperti sistem cruise control di kendaraan. Dimana pengendara tetap berada di belakang kemudi, tapi kecepatan kendaraan seperti gas diatur computer. Membuat sebuah kendaraan dapat melaju dengan kecepatan konstan.

Perbedaan pesawat jaman dahulu dan pesawat modern dengan Auto-pilot

Teknologi canggih tidak berarti aman.
Sampai sekarang pesawat hilang masih ada, lenyap berhari hari tidak bisa ditemukan. Kecelakaan Malaysia Airlines atau Air France 447 yang hilang di atas Atlantik. Butuh waktu berbulan bulan untuk menemukan pesawat dan kotak hitam. Mengapa kotak hitam harus dicari, tentunya untuk pembuktian bagi perusahaan pembuat pesawat. Dan mencari penyebab jatuhnya sebuah pesawat.

Tetapi kotak hitam tidak akan memberitahu dimana lokasi jatuhnya pesawat. Kotak hitam hanya mencatat instrumen, percakapan, atau mungkin rekaman video di dalam kabin. Mencari penyebab, dan  benar atau tidaknya terjadi masalah dengan pesawat atau kesalahan pilot bahkan penyebab lain.

Mencari pesawat setelah hilang dari radar hanya menunjukan area / posisi terakhir dari pantauan radar.
Setelah itu lokasi hilangnya pesawat harus dicari kembali lokasi tepatnya dengan tim SAR.

Dunia penerbangan lebih pintar.
Sistem pesawat telah dilengkapi GPS logger untuk pesawat. Alat tersebut mengirim data dari Blackbox, ditambah koordinat dari GPS untuk posisi pesawat. Pesawat navigasi pesawat dapat terhubung via satelit dan berakhir di simpan data center

Sebagai contoh layanan Flighradar yang memperlihatkan dimana keberadaan sebuah pesawat komersil secara online, termasuk kita dapat melihat kesibukan pesawat yang sedang terbang di seluruh dunia.

Pilot pesawat komersil dahulu, harus duduk selama terbang jarak jauh.
Sekarang tidak repot, pilot memiliki tugas utama untuk take-off dan landing. Selama terbang dapat memanfaatkan auto-pilot dan pesawat terbang sendiri menuju bandara yang dituju. Atau yang lebih canggih, pesawat tanpa awak seperti Drone, tidak ada yang mengatur pesawat ini. Terbang berdasarkan koordinat GPS dan pulang sendiri.

Inilah teknologi penerbangan komersil saat ini. Pabrik pesawat membuat pesawat begitu canggih, nyaman, hemat bahan bakar.


Sekarang sudah umum bila layanan sebuah perusahaan penerbangan di Amerika manfaatkan jaringan WIFI bagi para penumpang melalui jaringan wireless dari bumi atau satelit. Jadi mengakses internet selama penerbangan adalah hal umum.

Jadi tidak heran bila sebuah penerbagan jarak jauh mencapai 18 jam nonstop.
Pilot akan berganti bertugas dengan co-pilot untuk saling berjaga dengan waktu 8 + 8 jam atau 9 + 9 jam, tidak mungkin keduanya duduk selama 18 jam di belakang kemudi pesawat.
Sisanya tentu auto pilot yang membantu.


www.obengplus.com/artikel/articles/245/1/Flightradar24
Artikel Lain

Huawei dan Apple telah menawarkan perangkat smartphone fitur telepon satelit. Walau komunikasi satelit di iPhone 14 terbatas di US dan Kanada, iPhone 14 dapat mengirim pesan darurat. Samsung melakukan riset sejak 2 tahun lalu. Kabarnya tinggal menunggu final, dan digunakan untuk ponsel 2023

Apa saja yang hilang dari kenyamanan pesawat udara. Jendela semakin kecil, tempat duduk semakin rapat. Dahulu ada penerbangan memiliki tempat tidur di semua kelas. Pesawat modern di kelas ekonomi, akan terasa lebih sempit dibanding pesawat dahulu.



Youtube Obengplus

Trend
No popular articles found.