Green | 17 June 2013

Bisnis sampah orang kaya di Asia mulai investasi di perusahaan pengolahan sampah


Orang terkaya di Asia sedang bertaruh 1,26 milyar untuk krisis sampah. Li Ka Shing menuangkan uangnya ke perusahaan pembakaran sampah. Bisnis tersebut tidak ada kaitannya dengan bisnis properti. Dia memimpin konsorsium untuk membeli perusahaan pengelola limbah dari Belanda.

Satu perusahaan AVR dari Belanda dibeli sahamnya dari 2 perusahaan ekuitas Kohberg Kravis Robert dan CVC Capital Partner. Perusahaan AVR adalah perusahaan pengelola sampah di Belanda, dan sampah digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik termal.

Satu lagi Li Cheung Kong Holding - CKI melakukan investasi yang sama di perusahaan Selandia Baru. Satu perusahaan EnviroWaste diambil senilai $501 juta. EnviroWaste merubah sampah menjadi energi listrik dan mengelola tempat pembuangan sampah. Menurut Kam Hing Lam direktur CKI, bisnis pengelolaan limbah sedang tumbuh, karena kenaikan limbah sampah terkait dengan populasi penduduk, PDB dan konsumsi masyarakat.

Apakah investasi di bidang industri sampah menguntungkan. Kelihatannya seperti itu. Dalam 10 tahun terakhir, penduduk kota menghasilkan sampai 2x lebih banyak sampah. Tahun 2025 diperkirakan 1,3 milyar ton sampah akan bertambah. Menambah jumlah 2,2 milyar ton sampah yang dihasilkan saat ini. Untuk teknologi paling maju kabarnya ada di pengolahan sampah di Belanda.

Bisa dilihat pada tabel pengelolaan sampah. Amerika masih mengandalkan sistem landfilling atau membuang sampah dan diuruk kembali. Hanya 24% kembali di daur ulang da 7% saja digunakan untuk bahan energi. Swedia, Belanda, Jerman, Belgia dan Austria tidak lagi mengunakan pengurukan sampah (landfill), dan semua dimanfaatkan untuk daur ulang atau dibakar menjadi energi.


Penduduk Oslo sangat sedikit menghasilkan sampah bahkan mengimpor sampah dari negara lain untuk pembangkit energi termal. Sering kali importir sampah bersedia membayar untuk mendatangkan sampah dari luar negeri. Amerika hanya mengolah sedikit sampah di negaranya sendiri, dan mereka mengekspor ke negara lain seperti China dan negara yang mau melakukan daur ulang sampah dari Amerika. China lebih banyak memanfaatkan plastik bekas untuk memproduksi menjadi barang jadi. Negara China sangat ketat dalam menerima sampah untuk di daur ulang. Bila ketahuan ada sampah diluar daftar ketentuan dan ditemukan oleh petugas pemeriksaan. Maka sampah akan dikirim kembali ke negara asalnya.



Kasus berbeda dimana mereka yang menghasilkan sampah harus membayar untuk membuang limbah mereka. Misalnya Naples Italia memproduksi sampah lebih banyak dibanding kota lain. Dan mengirim ratusan ribu ton sampahnya ke Jerman dan Belanda termasuk perusahaan AVR. Krisis sampah di kota tersebut sudah parah dan harus membayar untuk mengirim sampah ke pengolahan sampah di kota lain.

Untuk Hongkong, daerah pembuangan sampah atau Landfill mulai meluap dan sekarang sudah mulai mengekspor sampah mereka untuk di daur ulang ditempat lain. 9 dari 10 penduduk Hong Kong harus tinggal di gedung bertingkat. Kota Hong Kong sudah sedemikian padat dan sampah dari penduduk juga besar.

Untuk kota-kota di Indonesia, apakah ada yang mau belajar bisnis ala Li Ka Shing. Melihat sampah bukan sebuah gundukan yang berbau, tetapi bisa berubah menjadi gundukan uang.





Artikel Lain

Beirut ibukota Lebanon menghadapi masalah sampah sejak Juli tahun lalu. Ketika otoritas negara menutup tempat pembuangan sampah tanpa berencana, dan tidak menyediakan tempat yang baru. Foto ini diabadikan pada 3 Maret 2016, dan sampah seperti jalan raya.

Dibawah ini beberapa tip mendaur ulang barang bekas dan lebih kreatif mengunakan barang di kehidupan sehari hari.



Mendaur ulang botol plastik menjadi vas bunga. Cukup mengandalkan gunting dan menekuk bagian plastik. Tahapnya dengan memotong bagian atas botol plastik, mengunting bagian atas botol menjadi lempengan kecil.



Youtube Obengplus

Trend
No popular articles found.